Oleh iman Abraham sabar menantikan pengharapan sorgawi (1)

Dari GBI Danau Bogor Raya
< Ayo Saat Teduh‎ | 10
Revisi sejak 16 Juli 2018 16.02 oleh Leo (bicara | kontrib) (baru)
(beda) ← Revisi sebelumnya | Revisi terkini (beda) | Revisi selanjutnya → (beda)
Lompat ke: navigasi, cari

Dalam iman mereka semua ini telah mati sebagai orang-orang yang tidak memperoleh apa yang dijanjikan itu, tetapi yang hanya dari jauh melihatnya dan melambai-lambai kepadanya dan yang mengakui, bahwa mereka adalah orang asing dan pendatang di bumi ini. Sebab mereka yang berkata demikian menyatakan, bahwa mereka dengan rindu mencari suatu tanah air. (Ibrani 11:13-14)

Sekarang kita akan melihat bagaimana dalam iman Abraham dengan sabar menantikan pengharapan Sorgawi. Kesaksiannya yang lalu ditutup dengan kalimat berikut: “Sebab ia menanti-nantikan kota yang mempunyai dasar, yang direncanakan dan dibangun oleh Allah” (Ibrani 11:10). Dalam bagian awal dari kesaksian ini, ada dua hal yang menjadi tema: “Bahwa mereka adalah orang asing dan pendatang di bumi ini.” Orang asing adalah mereka yang bukan berasal dari daerah yang dimaksud. Pendatang adalah mereka yang sedang ada dalam perjalan menuju suatu tujuan.

Abraham dan keluarganya, yaitu Sarah, Ishak dan Yakub, dijanjikan oleh Tuhan suatu tanah yang berlimpah susu dan madu. “Dalam iman mereka semua ini telah mati sebagai orang-orang yang tidak memperoleh apa yang dijanjikan itu.” Mereka semua tidak secara pribadi mengalami mendapatkan tanah perjanjian sebagai milik mereka. Namun, ketika mereka hidup, mereka sudah mendapatkan jaminan bahwa Allah akan memenuhi janji-Nya. “Tetapi yang hanya dari jauh melihatnya dan melambai-lambai kepadanya.” Mereka sungguh-sungguh percaya dengan yakin bahwa suatu saat Tuhan akan menggenapi janji-Nya kepada keturunan mereka. Sementara itu, mereka menerima bahwa bagi mereka cukup untuk hidup sebagai orang asing dan pendatang di bumi ini, sambil menantikan bumi yang kekal di masa yang akan datang. “Dan yang mengakui, bahwa mereka adalah orang asing dan pendatang di bumi ini.”

Aspek perjalanan Abraham dan keluarganya sebagai pendatang di negeri tersebut mendapat perhatian khusus dalam ayat renungan kita hari ini. “Sebab mereka yang berkata demikian menyatakan, bahwa mereka dengan rindu mencari suatu tanah air.” Sejalan dengan berlalunya waktu, sementara tanah yang dijanjikan belum diberikan kepada mereka, hati mereka rindu untuk suatu tanah air yang sejati, yang kekal. Tuhan ingin agar kita memiliki hati sebagai seorang pendatang yang melakukan perjalanan rohani menuju sorga. “Saudara-saudaraku yang kekasih, aku menasihati kamu, supaya sebagai pendatang dan perantau, kamu menjauhkan diri dari keinginan-keinginan daging yang berjuang melawan jiwa” (1 Petrus 2:11). Tuhan ingin agar setiap hari kita senantiasa berjalan menuju sorga, menolak keinginan-keinginan duniawi yang dapat melemahkan iman kita.

Doa

Ya Allah Bapa, Engkau sudah menggenapi banyak sekali janji dalam hidup ku di bumi ini. Aku memuji Engkau dan bersyukur untuk kasih setia-Mu. Namun, hatiku rindu akan sorga. Oleh karena itu, aku akan terus berjalan sebagai pendatang, menuju tanah air ku yang di sorga. Amin.

Dalam iman mereka semua ini telah mati sebagai orang-orang yang tidak memperoleh apa yang dijanjikan itu, tetapi yang hanya dari jauh melihatnya dan melambai-lambai kepadanya dan yang mengakui, bahwa mereka adalah orang asing dan pendatang di bumi ini. Sebab mereka yang berkata demikian menyatakan, bahwa mereka dengan rindu mencari suatu tanah air. (Ibrani 11:13-14) Sekarang kita akan melihat bagaimana dalam iman Abraham dengan sabar menantikan pengharapan Sorgawi. Kesaksiannya yang lalu ditutup dengan kalimat berikut: “Sebab ia menanti-nantikan kota yang mempunyai dasar, yang direncanakan dan dibangun oleh Allah” (Ibrani 11:10).