Sumber iman (2)

Dari GBI Danau Bogor Raya
< Ayo Saat Teduh‎ | 10
Revisi sejak 16 Juli 2018 15.34 oleh Leo (bicara | kontrib) (baru)
(beda) ← Revisi sebelumnya | Revisi terkini (beda) | Revisi selanjutnya → (beda)
Lompat ke: navigasi, cari

Dan karena kepercayaan dalam Nama Yesus, maka Nama itu telah menguatkan orang yang kamu lihat dan kamu kenal ini; dan kepercayaan itu telah memberi kesembuhan kepada orang ini di depan kamu semua. (Kisah Para Rasul 3:16)

Jalan pemuridan hanya bisa dilalui dengan iman, yaitu mengandalkan Allah saja. Kemajuan tidak akan didapat melalui apa yang dilihat, yaitu mengandalkan apa yang diterima oleh indera jasmani manusia. “hidup kami ini adalah hidup karena percaya, bukan karena melihat” (2 Korintus 5:7). Oleh karena itu, adalah penting bagi kita untuk mengerti dari manakah kita bisa mendapatkan iman: "Mata yang tertuju kepada Yesus, yang memimpin kita dalam iman, dan yang membawa iman kita itu kepada kesempurnaan” (Ibrani 12:2). Yesus adalah sumber iman kita. Alkitab seringkali mengungkapkan kebenaran ini.

Ketika ada seorang lumpuh yang disembuhkan di pintu Bait Allah, kebenaran ini sekali lagi dinyatakan. Mujizat ini terjadi ketika dua murid Kristus sedang berjalan menuju Bait Suci di Yerusalem untuk berdoa. “Pada suatu hari menjelang waktu sembahyang, yaitu pukul tiga petang, naiklah Petrus dan Yohanes ke Bait Allah” (Kisah Para Rasul 3:1). Seorang laki-laki yang lumpuh sejak hidupnya memohon sedekah dari mereka. “Di situ ada seorang laki-laki, yang lumpuh sejak lahirnya sehingga ia harus diusung. Tiap-tiap hari orang itu diletakkan dekat pintu gerbang Bait Allah, yang bernama Gerbang Indah, untuk meminta sedekah kepada orang yang masuk ke dalam Bait Allah” (Kisah Para Rasul 3:2). Petrus dan Yohanes tidak memiliki uang untuk diberikan, tetapi mereka menawarkan sesuatu yang lebih dari pada yang diminta oleh orang lumpuh tersebut. “Tetapi Petrus berkata: "Emas dan perak tidak ada padaku, tetapi apa yang kupunyai, kuberikan kepadamu: Demi nama Yesus Kristus, orang Nazaret itu, berjalanlah!” (Kisah Para Rasul 3:6). Mereka menawarkan mujizat kesembuhan dalam nama Yesus Kristus. “Lalu ia memegang tangan kanan orang itu dan membantu dia berdiri. Seketika itu juga kuatlah kaki dan mata kaki orang itu. Ia melonjak berdiri lalu berjalan kian ke mari dan mengikuti mereka ke dalam Bait Allah, berjalan dan melompat-lompat serta memuji Allah” (Kisah Para Rasul 3:7-8). Mujizat yang terjadi begitu melimpah. Orang yang lumpuh itu tidak saja menerima kekuatan untuk berjalan, ia juga dapat melompat dan memberikan puji-pujian kepada Allah.

Ketika orang-orang yang menyaksikan peristiwa tersebut berkumpul, Petrus menjelaskan bagaimana mujizat tersebut berhubungan dengan nama Yesus. “Dan karena kepercayaan dalam Nama Yesus, maka Nama itu telah menguatkan orang yang kamu lihat dan kamu kenal ini.” Nama Yesus menunjuk kepada pribadi-Nya dan kuasa-Nya, kepada identitas Yesus dan apa yang Ia sanggup lakukan. Pertunjukan kuasa Yesus ini dialami melalui iman kepada nama-Nya. Artinya mengandalkan kepada siapa Yesus dan apa yang Ia dapat lakukan. “Dan kepercayaan itu telah memberi kesembuhan kepada orang ini di depan kamu semua.” Yesus adalah sumber iman. Mereka yang mengenal Yesus sebagai Allah yang membuat mujizat, akan mengandalkan Dia untuk melakukan hal-hal yang luar biasa.

Doa

Ya Allah yang Mulia, aku banyak bertemu dengan masalah yang hanya dapat diselesaikan oleh Engkau – masalah di dalam dunia ini, kebutuhan di dalam gereja-gereja lokal, beban-beban di dalam hidupku. Aku percaya kepada nama-Mu. Perlihatkanlah kepadaku apa yang hanya Engkau dapat lakukan. Amin.

Dan karena kepercayaan dalam Nama Yesus, maka Nama itu telah menguatkan orang yang kamu lihat dan kamu kenal ini; dan kepercayaan itu telah memberi kesembuhan kepada orang ini di depan kamu semua. (Kisah Para Rasul 3:16) Jalan pemuridan hanya bisa dilalui dengan iman, yaitu mengandalkan Allah saja. Kemajuan tidak akan didapat melalui apa yang dilihat, yaitu mengandalkan apa yang diterima oleh indera jasmani manusia. “hidup kami ini adalah hidup karena percaya, bukan karena melihat” (2 Korintus 5:7).