Yesus, teladan terbesar dari kebesaran Ilahi

Dari GBI Danau Bogor Raya
< Ayo Saat Teduh‎ | 10
Revisi sejak 16 Juli 2018 15.25 oleh Leo (bicara | kontrib) (baru)
(beda) ← Revisi sebelumnya | Revisi terkini (beda) | Revisi selanjutnya → (beda)
Lompat ke: navigasi, cari

Dan dalam keadaan sebagai manusia, Ia telah merendahkan diri-Nya dan taat sampai mati, bahkan sampai mati di kayu salib. Itulah sebabnya Allah sangat meninggikan Dia dan mengaruniakan kepada-Nya nama di atas segala nama, supaya dalam nama Yesus bertekuk lutut segala yang ada di langit dan yang ada di atas bumi dan yang ada di bawah bumi, dan segala lidah mengaku: "Yesus Kristus adalah Tuhan," bagi kemuliaan Allah, Bapa! (Filipi 2:8-11)

Ada sikap duniawi yang meninggikan diri sendiri dan mengakibatkan kekalahan dan hilangnya kehormatan. “Sebab barangsiapa meninggikan diri, ia akan direndahkan” (Lukas 18:14a). Sebaliknya, ada sikap ilahi yang merendahkan diri yang akan menghasilkan kehormatan. "Barangsiapa merendahkan diri, ia akan ditinggikan” (Lukas 18:14b). Kita sudah melihat dalam renungan kita yang sebelumnya bahwa Yesus adalah teladan paling agung dari kerendahan hati. Sekarang, kita akan melihat bahwa Ia juga merupakan teladan dari kebesaran ilahi.

Tuhan Yesus menundukkan diri-Nya kepada kehendak Bapa, agar kita bisa mengalami keselamatan melalui kematian-Nya yang menebus dosa kita. “Ia telah merendahkan diri-Nya dan taat sampai mati, bahkan sampai mati di kayu salib.” Hasilnya begitu mulia. Keselamatan agung Allah diberikan kepada manusia dan Anak Allah ditinggikan. “Itulah sebabnya Allah sangat meninggikan Dia dan mengaruniakan kepada-Nya nama di atas segala nama.” Pertama-tama, Yesus dibangkitkan dari kematian dan duduk di sebelah kanan tahta Allah Bapa, dan dikaruniakan nama atas segala nama. “Yang dikerjakan-Nya di dalam Kristus dengan membangkitkan Dia dari antara orang mati dan mendudukkan Dia di sebelah kanan-Nya di sorga” (Efesus 1:20). Satu saat, Ia akan datang kembali dalam kemenangan. “Lalu aku melihat sorga terbuka: sesungguhnya, ada seekor kuda putih; dan Ia yang menungganginya bernama: "Yang Setia dan Yang Benar", Ia menghakimi dan berperang dengan adil” (Wahyu19:11). Dan akhirnya, Ia akan memerintah selama-lamanya. “Besar kekuasaannya, dan damai sejahtera tidak akan berkesudahan di atas takhta Daud dan di dalam kerajaannya, karena ia mendasarkan dan mengokohkannya dengan keadilan dan kebenaran dari sekarang sampai selama-lamanya” (Yesaya 9:6).

Mereka yang nantinya akan dipaksa untuk berlutut di hadapan Allah, akan terpisah selama-lamanya. Mereka yang dengan rendah hati berlutut dan mengakui Dia akan ditinggikan sekarang. Ditinggikan ke dalam realitas pengampunan, berkat, pertumbuhan dan menghasilkan buah. Pada akhirnya, mereka akan masuk ke dalam kemuliaan yang kekal, yaitu menjadi ahli waris bersama dengan Yesus, melayani dia selama-lamanya. Jalur yang harus ditempuh adalah kerendahan hati. Yesus merendahkan diri-Nya, namun Ia akan memerintah untuk selama-lamanya. Sekarang kita merendahkan diri di hadapan-Nya, nanti kita akan memerintah bersama-sama Dia untuk selama-Nya.

Doa

Tuhan Yesus, betapa luar biasa jalan yang Engkau lalui – mulai dengan menjadi hamba yang rendah hati hingga kepada tahta sorgawi yang kekal. Pengagungan yang kekal menjadi milik-Mu selamanya. Betapa aku bersukacita karena aku tahu bahwa aku akan bersama-sama dengan Engkau dalam kemuliaan. Aku merendahkan diriku di hadapan-Mu. Jadikanlah aku hamba-Mu yang setia sekarang, sementara aku menantikan kemuliaan yang akan datang. Amin.