Kebesaran rohani melalui kerendahan hati seperti kanak-kanak

Dari GBI Danau Bogor Raya
< Ayo Saat Teduh‎ | 10
Revisi sejak 16 Juli 2018 15.25 oleh Leo (bicara | kontrib) (baru)
(beda) ← Revisi sebelumnya | Revisi terkini (beda) | Revisi selanjutnya → (beda)
Lompat ke: navigasi, cari

Pada waktu itu datanglah murid-murid itu kepada Yesus dan bertanya: "Siapakah yang terbesar dalam Kerajaan Sorga?" Maka Yesus memanggil seorang anak kecil dan menempatkannya di tengah-tengah mereka lalu berkata: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya jika kamu tidak bertobat dan menjadi seperti anak kecil ini, kamu tidak akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga. Sedangkan barangsiapa merendahkan diri dan menjadi seperti anak kecil ini, dialah yang terbesar dalam Kerajaan Sorga. (Matius 18:1-4)

Tuhan kita adalah Tuhan yang besar. “Besarlah TUHAN dan sangat terpuji, dan kebesaran-Nya tidak terduga” (Mazmur 145:3). Karena kita diciptakan untuk mengenal Allah kita yang besar, kita memiliki hasrat untuk mencari kebesaran yang sejati. Jalan menuju kebesaran yang palsu dari dunia ini, keinginan daging maupun dari Iblis adalah dengan meninggikan diri sendiri. “Aku hendak naik mengatasi ketinggian awan-awan, hendak menyamai Yang Mahatinggi!” (Yesaya 14:14). Jalan ilahi menuju kebesaran rohani adalah melalui kerendahan hati seperti anak-anak.

Murid-murid bertanya kepada Yesus siapa yang sudah mendapatkan kebesaran di dalam kerajaan-Nya. “Pada waktu itu datanglah murid-murid itu kepada Yesus dan bertanya: "Siapakah yang terbesar dalam Kerajaan Sorga?” Mereka pasti terheran-heran ketika Yesus memanggil seorang anak kecil dan menempatkannya di tengah-tengah mereka. “Maka Yesus memanggil seorang anak kecil dan menempatkannya di tengah-tengah mereka.” Bagaimana anak kecil ini menjadi jawaban dari pertanyaan mereka? Kata-kata Yesus pasti sangat sulit untuk mereka terima. “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya jika kamu tidak bertobat dan menjadi seperti anak kecil ini, kamu tidak akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga.”

Pertama-tama, tidak seorangpun dapat masuk ke dalam kerajaan Allah tanpa mengalami perubahan dari cara berpikir mereka sebagai manusia yang sudah jatuh dalam dosa. Kita berpikir bahwa kita mampu dengan kekuatan sendiri mencapai kebesaran. Agar dapat menjadi anak Allah, kita harus mau menggunakan cara berpikir Allah. Bukan karena kita mampu mencapai kebesaran sejati dengan kekuatan sendiri, melainkan mengambil sikap rendah hati, haus dan lapar akan Allah. Lalu, agar dapat bertumbuh menuju kebesaran rohani, kita harus mau untuk setiap hari berjalan dalam kerendahan hati seperti anak-anak. “Barangsiapa merendahkan diri dan menjadi seperti anak kecil ini, dialah yang terbesar dalam Kerajaan Sorga.”

Pengajaran ini pasti merupakan teguran keras bagi mereka, karena pertanyaan mereka termotivasi atas perdebatan-perdebatan di antara mereka mengenai siapa yang terbesar di dalam kerajaan Sorga! “Maka timbullah pertengkaran di antara murid-murid Yesus tentang siapakah yang terbesar di antara mereka” (Lukas 9:46). “Terjadilah juga pertengkaran di antara murid-murid Yesus, siapakah yang dapat dianggap terbesar di antara mereka” (Lukas 22:24).

Doa

Ya Allah yang besar dan ajaib, aku mengakui bahwa aku sering mencari kebesaran dengan meninggikan diriku sendiri seperti yang dilakukan oleh orang dunia. Sering kali aku membandingkan diriku sendiri dengan orang lain, berpikir bahwa hal tersebut akan membuat aku menjadi lebih besar. Aku bertobat. Aku ingin berjalan di hadapan-Mu setiap hari dengan rendah hati, haus dan lapar akan Engkau, Raja di atas segala raja. Amin.