Janji-janji Allah dan Hukum Taurat Allah (4)

Dari GBI Danau Bogor Raya
< Ayo Saat Teduh‎ | 08
Revisi sejak 14 Juli 2018 10.13 oleh Leo (bicara | kontrib) (Leo memindahkan halaman Saat teduh/08/03 ke Ayo Saat Teduh/08/03)
Lompat ke: navigasi, cari

Therefore it is of faith that it might be according to grace, so that the promise might be sure to all the seed. (Roma 4:16 KJV)

Karena itulah kebenaran berdasarkan iman supaya merupakan kasih karunia, sehingga janji itu berlaku bagi semua keturunan. (Roma 4:16)

Tuhan menghendaki agar kita memiliki keyakinan yang teguh akan janji-janji-Nya. Tuhan tidak ingin kita ragu-ragu bahwa Ia pasti akan memenuhi janji-janji-Nya. Dalam semua yang Tuhan sudah janjikan, Ia ingin agar kita berdiri di atas batu karang kepastian: “Sehingga janji itu berlaku bagi semua keturunan.” Kepastian ini berdasarkan dua kebenaran yang saling berkaitan: pertama antara janji-janji-Nya dengan kasih karunia-Nya, yang kedua antara kasih karunia-Nya dengan iman kepada Dia.

Dua kebenaran pertama yaitu antara janji-janji-Nya dan kasih karunia-Nya, membuat janji-janji Allah menjadi suatu kepastian. Hidup di dalam janji-janji Allah membuat kita dapat berjalan di dalam kelimpahan kasih karunia Allah. Kasih karunia merupakan penggerak dibalik janji-janji Allah. Supaya janji-janji Allah dapat menjadi suatu kepastian dalam hidup kita, kita harus menanggapinya sebagai kasih karunia: “Karena itulah kebenaran berdasarkan iman supaya merupakan kasih karunia.” Jika kita mengharapkan janji-janji itu berdasarkan hal yang lain selain kasih karunia, maka kita tidak akan pernah dapat berdiri dalam kepastian akan pemenuhan janji-janji Allah. Jika janji-janji Tuhan berdasarkan kepada usaha kita, kita tidak akan pernah berjalan di dalam keyakinan yang teguh. Jika janji-janji-Nya berdasarkan kepada kemampuan kepada orang lain, kita tidak akan bisa benar-benar yakin akan janji-janji Allah. Pemenuhan janji-janji Allah sepenuhnya bergantung kepada kasih karunia-Nya.

Lalu, bagaimana caranya kita menanggapi janji-janji Allah dengan cara yang tidak mengabaikan kasih karunia yang menjadi pendorongnya? Satu-satunya cara yang berkenan adalah dengan iman. “Karena itulah kebenaran berdasarkan iman supaya merupakan kasih karunia.” Semua cara lain tidak akan sesuai dengan kasih karunia. Inilah kesalahan terbesar dari Abraham dan Sara ketika mereka ada di awal perjalanan mereka bersama Tuhan. Ketika mereka mengandalkan cara berpikir mereka sendiri, yaitu menggunakan Hagar, seorang hamba perempuan, untuk melahirkan keturunan yang Tuhan janjikan, mereka tidak mengandalkan Tuhan. Pada dasarnya mereka beriman kepada diri mereka sendiri.

Dibalik semua janji-janji Injil adalah janji akan Juru Selamat, yang akan mati di kayu salib untuk dosa-dosa kita. Jika kita mencoba menjadikan karya keselamatan Tuhan sebagai hasil dari usaha kita, kita sedang menyingkirkan kasih karunia-Nya. Kita sedang mengatakan bahwa kematian-Nya bagi kita tidak cukup atau tidak diperlukan. “Aku tidak menolak kasih karunia Allah. Sebab sekiranya ada kebenaran oleh hukum Taurat, maka sia-sialah kematian Kristus” (Galatia 2:21).

Doa

Allah Bapa, betapa agung rencana-Mu bagi anak-anak-Mu! Engkau menyatakan kehendak-Mu melalui janji-janji-Mu yang besar. Engkau menaruh kasih karunia-Mu yang luar biasa dibalik setiap janji-janji-Mu. dan Engkau meminta agar kami menaruh iman kami kepada Engkau untuk menepati semua yang sudah Engkau janjikan. Betapa keyakinan kami sangat diteguhkan oleh kebenaran ini! Amin.

Therefore it is of faith that it might be according to grace, so that the promise might be sure to all the seed. (Roma 4:16 KJV) Karena itulah kebenaran berdasarkan iman supaya merupakan kasih karunia, sehingga janji itu berlaku bagi semua keturunan. (Roma 4:16)