Tuhan menjanjikan hidup yang kekal (1)

Dari GBI Danau Bogor Raya
< Ayo Saat Teduh‎ | 07
Revisi sejak 14 Juli 2018 10.13 oleh Leo (bicara | kontrib) (Leo memindahkan halaman Saat teduh/07/10 ke Ayo Saat Teduh/07/10)
Lompat ke: navigasi, cari

Dan inilah janji yang telah dijanjikan-Nya sendiri kepada kita, yaitu hidup yang kekal. (1 Yohanes 2:25)

Kita sudah melihat beberapa janji Tuhan di dalam Perjanjian Lama. Kita juga sudah melihat bagaimana memiliki pengenalan akan kesanggupan Tuhan akan menghasilkan iman percaya kepada janji-janji-Nya. Sekarang, mari kita mulai melihat beberapa janji Tuhan di dalam Perjanjian Baru.

Janji pertama yang akan kita lihat dapat disebut sebagai “janji di atas segala janji. ” Janji ini adalah titik puncak dari semua janji yang lain. “Dan inilah janji yang telah dijanjikan-Nya sendiri kepada kita, yaitu hidup yang kekal. ” Sama seperti hidup manusia biasa, hidup kekal memiliki aspek kuantitatif dan aspek kualitatif.

Aspek kuantitatif dari hidup kekal berbicara bahwa hal tersebut tidak akan pernah berhenti. Seringkali disebut juga dengan tak berkesudahan. “Sebab inilah kehendak Bapa-Ku, yaitu supaya setiap orang, yang melihat Anak dan yang percaya kepada-Nya beroleh hidup yang kekal, dan supaya Aku membangkitkannya pada akhir zaman” (Yohanes 6:40). Bagi manusia, di mana umurnya terbatas kepada sejumlah waktu yang relatif singkat, konsep mengenai suatu hidup yang tak berkesudahan cukup sulit untuk dibayangkan. Namun demikian, sedemikian ajaib aspek kuantitatif dari hidup kekal, aspek kualitatifnya bahkan lebih luar biasa.

Tuhan Yesus berbicara mengenai aspek kualitatif dari hidup kekal: “Aku datang, supaya mereka mempunyai hidup, dan mempunyainya dalam segala kelimpahan” (Yohanes 10:10). Berbicara mengenai suatu kehidupan di mana kepenuhan dari kasih karunia Kristus semakin nyata. “Firman itu telah menjadi manusia, dan diam di antara kita, dan kita telah melihat kemuliaan-Nya, yaitu kemuliaan yang diberikan kepada-Nya sebagai Anak Tunggal Bapa, penuh kasih karunia dan kebenaran. . . Karena dari kepenuhan-Nya kita semua telah menerima kasih karunia demi kasih karunia” (Yohanes 1:14, 16). Dalam kehidupan ini Roh Kudus berkarya untuk menghasilkan karakter seperti Kristus di dalam hidup orang percaya. “Tetapi buah Roh ialah: kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelemahlembutan, penguasaan diri. Tidak ada hukum yang menentang hal-hal itu” (Galatia 5:22-23). Dalam kehidupan tersebut Allah sendiri yang menjadi sumber kesanggupan perubahan karakter itu, bukan manusia. “Dengan diri kami sendiri kami tidak sanggup untuk memperhitungkan sesuatu seolah-olah pekerjaan kami sendiri; tidak, kesanggupan kami adalah pekerjaan Allah” (2 Korintus 3:5).

Hidup kekal ini ditawarkan kepada manusia sebagai sebuah pemberian. “Sebab upah dosa ialah maut; tetapi karunia Allah ialah hidup yang kekal dalam Kristus Yesus, Tuhan kita” (Roma 6:23). “Dan Aku memberikan hidup yang kekal kepada mereka dan mereka pasti tidak akan binasa sampai selama-lamanya” (Yohanes 10:28). Untuk menikmati hidup kekal, karunia tersebut harus diterima dengan iman: “supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya beroleh hidup yang kekal” (Yohanes 3:15).

Doa

Ya Allah yang penuh kasih karunia, betapa luar biasa karunia-Mu yang kami terima dengan iman, yaitu hidup kekal! Aku bersyukur kepada-Mu untuk hidup yang tak berkesudahan ini. Aku mohon agar karunia ini boleh bertumbuh dalam kelimpahan di dalam dan melalui hidupku. Di dalam nama Tuhan Yesus Kristus aku berdoa. Amin.

Dan inilah janji yang telah dijanjikan-Nya sendiri kepada kita, yaitu hidup yang kekal. (1 Yohanes 2:25) Kita sudah melihat beberapa janji Tuhan di dalam Perjanjian Lama. Kita juga sudah melihat bagaimana memiliki pengenalan akan kesanggupan Tuhan akan menghasilkan iman percaya kepada janji-janji-Nya. Sekarang, mari kita mulai melihat beberapa janji Tuhan di dalam Perjanjian Baru.