Kesanggupan Tuhan dan janji-janji Tuhan (4)

Dari GBI Danau Bogor Raya
< Ayo Saat Teduh‎ | 07
Revisi sejak 14 Juli 2018 10.13 oleh Leo (bicara | kontrib) (Leo memindahkan halaman Saat teduh/07/08 ke Ayo Saat Teduh/07/08)
Lompat ke: navigasi, cari

Itulah sebabnya aku menderita semuanya ini, tetapi aku tidak malu; karena aku tahu kepada siapa aku percaya dan aku yakin bahwa Dia berkuasa memeliharakan apa yang telah dipercayakan-Nya kepadaku hingga pada hari Tuhan. (2 Timotius 1:12)

Semakin kita menghargai kesanggupan Tuhan, maka kita akan semakin yakin mengandalkan janji-janji Tuhan. Dalam renungan hari ini, kita diingatkan mengenai bagaimana persekutuan dengan Allah adalah kunci dari kehidupan orang percaya.

Pengalaman Paulus dalam penderitaan merupakan latar belakang dari kesaksian dalam ayat ini. “Itulah sebabnya aku menderita semuanya ini. ” Alasan penderitaan Paulus berkaitan dengan panggilannya untuk memberitakan Injil: “Untuk Injil inilah aku telah ditetapkan sebagai pemberita, sebagai rasul dan sebagai guru” (2 Timotius 1:11). Ketika Tuhan pertama kali memanggil Paulus untuk melayani Dia memberitakan kabar baik kasih karunia, Tuhan memperlihatkan kepada Paulus akan penderitaan yang akan ia alami. “Aku sendiri akan menunjukkan kepadanya, betapa banyak penderitaan yang harus ia tanggung oleh karena nama-Ku” (Kisah Para Rasul 9:16). Penderitaan merupakan hal yang tidak dapat dihindari jika kita melayani Tuhan di dunia yang berdosa ini. Yesus sendiri merupakan teladan kita. “Sebab untuk itulah kamu dipanggil, karena Kristuspun telah menderita untuk kamu dan telah meninggalkan teladan bagimu, supaya kamu mengikuti jejak-Nya” (1 Petrus 2:21).

Walaupun Paulus menderita, ia tidak merasa malu karena penderitaan tersebut. “Tetapi aku tidak malu. ” Jika kita harus mengalami penderitaan karena kerajaan Allah, kita pun tidak perlu malu. “Tetapi, jika ia menderita sebagai orang Kristen, maka janganlah ia malu, melainkan hendaklah ia memuliakan Allah dalam nama Kristus itu” (1 Petrus 4:16). Iman yang memampukan Paulus untuk bertahan dalam penderitaan datang dari persekutuannya yang semakin erat dengan Yesus. “Karena aku tahu kepada siapa aku percaya. ” Sejak pertama kali percaya kepada Allah, Paulus semakin mengenal Allah. Konsekuensi indah dari persekutuan yang semakin intim dengan Kristus adalah timbulnya keyakinan akan kemampuan Allah. “Karena aku tahu kepada siapa aku percaya dan aku yakin bahwa Dia berkuasa. ” Keyakinan ini membuat Paulus semakin percaya bahwa Allah pasti memelihara kehidupannya. “Dia berkuasa memeliharakan apa yang telah dipercayakan-Nya kepadaku. ” Kepercayaan ini adalah pengharapan Paulus dari hari ke hari akan kedatangan Tuhan kembali: “Hingga pada hari Tuhan. ” Sekali lagi, Yesus memberikan teladan yang serupa kepada kita. Ia menyerahkan kehidupan-Nya sehari-hari di bumi ini kepada tangan Allah Bapa. “Ketika Ia dicaci maki, Ia tidak membalas dengan mencaci maki; ketika Ia menderita, Ia tidak mengancam, tetapi Ia menyerahkannya kepada Dia, yang menghakimi dengan adil” (1 Petrus 2:23).

Doa

Ya Allah Bapa, sekali lagi aku melihat bahwa semuanya adalah mengenai persekutuan. Seperti Yesus menyerahkan kehidupan-Nya kepada-Mu setiap hari, demikian pula kita rindu untuk bersekutu dengan Kristus setiap hari. Tolong aku agar lebih mengenal Engkau. Semakin aku mengenal Engkau, semakin aku yakin bahwa Engkau sanggup untuk menggenapi setiap janji-janji-Mu. Aku juga mengalami banyak penderitaan dan aku mau mengandalkan kesanggupan-Mu untuk menggenapi janji-janji-Mu untuk memelihara hidupku. Di dalam nama Tuhan Yesus Kristus. Amin.

Itulah sebabnya aku menderita semuanya ini, tetapi aku tidak malu; karena aku tahu kepada siapa aku percaya dan aku yakin bahwa Dia berkuasa memeliharakan apa yang telah dipercayakan-Nya kepadaku hingga pada hari Tuhan. (2 Timotius 1:12) Semakin kita menghargai kesanggupan Tuhan, maka kita akan semakin yakin mengandalkan janji-janji Tuhan. Dalam renungan hari ini, kita diingatkan mengenai bagaimana persekutuan dengan Allah adalah kunci dari kehidupan orang percaya.