Manusia lahiriah merosot, manusia batiniah diperbaharui

Dari GBI Danau Bogor Raya
< Ayo Saat Teduh‎ | 05
Revisi sejak 18 Juli 2018 22.57 oleh Leo (bicara | kontrib) (baru)
(beda) ← Revisi sebelumnya | Revisi terkini (beda) | Revisi selanjutnya → (beda)
Lompat ke: navigasi, cari

Sebab itu kami tidak tawar hati, tetapi meskipun manusia lahiriah kami semakin merosot, namun manusia batiniah kami dibaharui dari sehari ke sehari. (2 Korintus 4:16)

Mereka yang belajar untuk hidup di dalam kasih karunia Allah akan semakin dilindungi dari semangat yang patah. “Sebab itu kami tidak tawar hati." Kebenaran ini sudah dinyatakan dalam ayat pertama dari pasal ini. “Oleh kemurahan Allah kami telah menerima pelayanan ini. Karena itu kami tidak tawar hati” (2 Korintus 4:1). Perlindungan ini ada karena kasih karunia Allah, karena kita melayani Allah dengan kasih karunianya, artinya bukan dengan kekuatan kita sendiri. Kita memiliki sumber kekuatan yang senantiasa tersedia bagi kita setiap hari.

Dalam ayat renungan hari ini, kekuatan didapatkan dari perbedaan yang terjadi antara “manusia lahiriah” dan “manusia batiniah." Manusia lahiriah adalah aspek fisik dari seseorang, yaitu yang dapat dilihat oleh mata jasmani manusia. Aspek lahiriah ini yang biasanya jadi pusat perhatian dari orang-orang yang belum ditebus, dan juga bagi orang percaya yang hidup di dalam daging. Aspek manusia ini sedang menuju kepada kebinasaan sebagai akibat dari dosa. “Sebab itu, sama seperti dosa telah masuk ke dalam dunia oleh satu orang, dan oleh dosa itu juga maut, demikianlah maut itu telah menjalar kepada semua orang, karena semua orang telah berbuat dosa” (Roma 5:12). Manusia dimulai dari debu. “TUHAN Allah membentuk manusia itu dari debu tanah” (Kejadian 2:7). Oleh karena dosa, manusia lahiriah ini akan kembali ke asalnya. “Dengan berpeluh engkau akan mencari makananmu, sampai engkau kembali lagi menjadi tanah, karena dari situlah engkau diambil; sebab engkau debu dan engkau akan kembali menjadi debu” (Kejadian 3:19). Bagi mereka yang tidak mengenal Allah, ini adalah kebenaran yang membuat tawar hati. Dan manusia berlomba-lomba untuk mencari cara untuk menghindari proses ini.

Di pihak lain, pelayan-pelayan perjanjian baru kasih karunia tidak akan menjadi tawar hati karena kebenaran ini. “Sebab itu kami tidak tawar hati." Memang manusia lahiriah kita sedang menuju kepada kebinasaan. Namun, kita memandang hal yang lebih jauh dari pada itu. “Meskipun manusia lahiriah kami semakin merosot, namun manusia batiniah kami dibaharui dari sehari ke sehari." Ketika manusia lahiriah kita merosot, kita tetap dikuatkan, karena manusia batiniah kita sedang dalam proses pembaharuan: “Dan telah mengenakan manusia baru yang terus-menerus diperbaharui untuk memperoleh pengetahuan yang benar menurut gambar Khaliknya” (Kolose 3:10). Saat dengan rendah hati kita mencari Tuhan dalam Firman-Nya, kita diubah menjadi semakin seperti Kristus: “Dan kita semua mencerminkan kemuliaan Tuhan dengan muka yang tidak berselubung. Dan karena kemuliaan itu datangnya dari Tuhan yang adalah Roh, maka kita diubah menjadi serupa dengan gambar-Nya, dalam kemuliaan yang semakin besar” (2 Korintus 3:18).

Doa

Ya Tuhan, walaupun tubuh jasmaniku semakin merosot, ingatkan aku akan kebenaran yang menguatkan bahwa manusia batiniahku dapat diperbaharui. Tolong agar aku lebih merindukan proses pembaruan rohani dari pada penguatan jasmani. Di dalam nama Tuhan Yesus Kristus aku berdoa. Amin.

Sebab itu kami tidak tawar hati, tetapi meskipun manusia lahiriah kami semakin merosot, namun manusia batiniah kami dibaharui dari sehari ke sehari. (2 Korintus 4:16) Mereka yang belajar untuk hidup di dalam kasih karunia Allah akan semakin dilindungi dari semangat yang patah. “Sebab itu kami tidak tawar hati." Kebenaran ini sudah dinyatakan dalam ayat pertama dari pasal ini. “Oleh kemurahan Allah kami telah menerima pelayanan ini. Karena itu kami tidak tawar hati” (2 Korintus 4:1). Perlindungan ini ada karena kasih karunia Allah, karena kita melayani Allah dengan kasih karunianya, artinya bukan dengan kekuatan kita sendiri. Kita memiliki sumber kekuatan yang senantiasa tersedia bagi kita setiap hari.