Keterikatan atau kemerdekaan (3)

Dari GBI Danau Bogor Raya
< Ayo Saat Teduh‎ | 05
Revisi sejak 18 Juli 2018 22.45 oleh Leo (bicara | kontrib) (baru)
(beda) ← Revisi sebelumnya | Revisi terkini (beda) | Revisi selanjutnya → (beda)
Lompat ke: navigasi, cari

Bukankah ada tertulis, bahwa Abraham mempunyai dua anak... Ini adalah suatu kiasan. Sebab kedua perempuan itu adalah dua ketentuan Allah: yang satu berasal dari gunung Sinai dan melahirkan anak-anak perhambaan… dan ia sama dengan Yerusalem yang sekarang, karena ia hidup dalam perhambaan dengan anak-anaknya. Tetapi Yerusalem sorgawi adalah perempuan yang merdeka, dan ialah ibu kita… Karena itu, saudara-saudara, kita bukanlah anak-anak hamba perempuan, melainkan anak-anak perempuan merdeka. Supaya kita sungguh-sungguh merdeka, Kristus telah memerdekakan kita. Karena itu berdirilah teguh dan jangan mau lagi dikenakan kuk perhambaan. (Galatia 4:22-5:1)

Dalam ayat-ayat renungan hari ini, kita melihat dua anak-anak Abraham. “Abraham mempunyai dua anak." Walaupun kedua anak lelaki ini (Ismail dan Ishak) adalah dua orang yang pernah hidup dalam sejarah, mereka juga melambangkan kiasan rohani: “Ini adalah suatu kiasan." Kedua anak ini menggambarkan ilustrasi yang jelas mengenai hukum Taurat dan kasih karunia. “Itu adalah dua ketentuan Allah."

Ismail, putra pertama dari Abraham, menggambarkan hidup dalam kesanggupan diri sendiri di dalam hukum Taurat: “Yang satu berasal dari gunung Sinai." Cara hidup seperti ini akan menghasilkan keterikatan rohani: “Dan melahirkan anak-anak perhambaan." Penduduk dari Yerusalem yang ada di bumi juga diberikan sebagai contoh: “Dan ia sama dengan Yerusalem yang sekarang, karena ia hidup dalam perhambaan dengan anak-anaknya." Ketika Paulus menulis surat Galatia, Kekaisaran Romawi sedang menguasai kota Yerusalem di dalam perhambaan. Abraham dan Sarah mengandalkan kebijaksanaan manusia, menggunakan Hagar hamba perempuan mereka, untuk mengandung anak mereka. Sehingga lahirlah Ismail, anak dari perhambaan.

Seperti itulah hidup kita jika kita mencoba untuk menghasilkan kehidupan Kekristenan dengan usaha kita sendiri. Kita menaruh diri kita sendiri di bawah hukum Taurat (hidup berdasarkan kesanggupan kita). Ini adalah jalan menuju perhambaan rohani. Kita hanya akan menghasilkan “Ismail - Ismail."

Ishak, anak kedua dari Abraham, adalah gambaran dari hidup dalam kasih karunia. Kesanggupan Tuhan menjadi sumber daya kita. Ishak lahir dari kesetiaan Tuhan terhadap janji-Nya sendiri. Mengandalkan diri kepada kesetiaan Tuhan akan menghasilkan kemerdekaan rohani. Yerusalem sorgawi yang diberikan sebagai contoh. “Tetapi Yerusalem sorgawi adalah perempuan yang merdeka, dan ialah ibu kita." Kita yang mengikut Yesus sudah dilahirkan kembali dengan hidup yang baru dari sorga. Yerusalem baru adalah “tempat lahir” kita, di mana kita akan kembali ke sana. Kemerdekaan rohani menjadi ciri dari warga sorga. “Karena itu, saudara-saudara, kita bukanlah anak-anak hamba perempuan, melainkan anak-anak perempuan merdeka." Tuhan memanggil kita untuk hidup di dalam kasih karunia Allah yang memerdekakan, menolak semua kecenderungan terhadap perhambaan kepada kesanggupan diri sendiri. “Karena itu berdirilah teguh dan jangan mau lagi dikenakan kuk perhambaan."

Doa

Ya Tuhan yang maha setia, ampuni aku untuk semua “Ismail -Ismail” yang aku lahirkan karena mengandalkan diri sendiri. Semuanya hanya menghasilkan perhambaan. Aku ingin hidup di dalam kasih karunia-Mu, mengandalkan kesetiaan-Mu dan berjalan di dalam kemerdekaan rohani yang sejati. Di dalam nama Tuhan Yesus Kristus aku berdoa. Amin.

Bukankah ada tertulis, bahwa Abraham mempunyai dua anak... Ini adalah suatu kiasan. Sebab kedua perempuan itu adalah dua ketentuan Allah: yang satu berasal dari gunung Sinai dan melahirkan anak-anak perhambaan… dan ia sama dengan Yerusalem yang sekarang, karena ia hidup dalam perhambaan dengan anak-anaknya. Tetapi Yerusalem sorgawi adalah perempuan yang merdeka, dan ialah ibu kita… Karena itu, saudara-saudara, kita bukanlah anak-anak hamba perempuan, melainkan anak-anak perempuan merdeka. Supaya kita sungguh-sungguh merdeka, Kristus telah memerdekakan kita. Karena itu berdirilah teguh dan jangan mau lagi dikenakan kuk perhambaan. (Galatia 4:22-5:1)