Kemenangan kebangkitan oleh kasih karunia Allah

Dari GBI Danau Bogor Raya
< Ayo Saat Teduh‎ | 03
Revisi sejak 18 Juli 2018 10.41 oleh Leo (bicara | kontrib) (baru)
(beda) ← Revisi sebelumnya | Revisi terkini (beda) | Revisi selanjutnya → (beda)
Lompat ke: navigasi, cari

Sengat maut ialah dosa dan kuasa dosa ialah hukum Taurat. Tetapi syukur kepada Allah, yang telah memberikan kepada kita kemenangan oleh Yesus Kristus, Tuhan kita. (1 Korintus 15:56-57)

Dalam ayat di atas kita melihat dua masalah besar yang dijawab oleh kebangkitan Yesus. “Sengat maut ialah dosa dan kuasa dosa ialah hukum Taurat." Sengatan yang menyebabkan kematian baik secara fisik maupun secara rohani kepada manusia adalah dosa. “Sebab upah dosa ialah maut” (Roma 6:23). Adam berdosa dan seketika itu juga mati secara rohani. Kemudian pada akhirnya ia mati secara fisik. “Sebab itu, sama seperti dosa telah masuk ke dalam dunia oleh satu orang, dan oleh dosa itu juga maut, demikianlah maut itu telah menjalar kepada semua orang, karena semua orang telah berbuat dosa” (Roma 5:12). Sebagai keturunan Adam, kita mewarisi status orang berdosa. Namun, secara pribadi, kita juga hidup di dalam dosa dan kematian rohani sampai kita datang kepada Kristus.

Kuasa yang dosa gunakan dalam hidup adalah hukum Taurat. “Tetapi kita tahu, bahwa segala sesuatu yang tercantum dalam Kitab Taurat ditujukan kepada mereka yang hidup di bawah hukum Taurat, supaya tersumbat setiap mulut dan seluruh dunia jatuh ke bawah hukuman Allah” (Roma 3:19). Dengan kekuatannya sendiri manusia tidak mungkin dapat lepas dari hukuman Allah atas dirinya. Kuasa hukum Taurat mengikat manusia berdosa untuk bertanggung jawab kepada Allah.

Kebangkitan Yesus Kristus menggenapi pengorbanan-Nya atas dosa manusia dan meniadakan sengat dosa. “Hai maut, di manakah sengatmu?” (1 Korintus 15:55). Hidup kekal menggantikan sengat dosa bagi semua orang yang percaya kepada Tuhan Yesus. “Sebab upah dosa ialah maut; tetapi karunia Allah ialah hidup yang kekal dalam Kristus Yesus, Tuhan kita” (Roma 6:23). Kemenangan kasih karunia akan menggerakkan rasa syukur dalam hati orang yang sudah ditebus. “Tetapi syukur kepada Allah, yang telah memberikan kepada kita kemenangan oleh Yesus Kristus, Tuhan kita."

Perhatikan bahasa kasih karunia yang digunakan untuk menjelaskan apa yang diterima lewat kebangkitan. “Karunia Allah ialah hidup yang kekal... Syukur kepada Allah, yang telah memberikan kepada kita kemenangan." Dua istilah ini (“karunia” dan “memberikan”) merupakan bahasa kasih karunia. Hidup kekal adalah sebuah hadiah, yaitu sebuah kemurahan Tuhan kepada kita yang sebenarnya tidak layak menerimanya. Kemenangan yang kita terima adalah melalui kebangkitan Tuhan Yesus Kristus. Jadi kemenangan ini diberikan kepada kita, bukan merupakan upah kita, bukan juga karena kita berkenan kepada Dia dan bukan karena usaha kita. Tuhan rindu untuk membawa dan memimpin kita dalam kemenangan. “Tetapi syukur bagi Allah, yang dalam Kristus selalu membawa kami di jalan kemenangan-Nya” (2 Korintus 2:14).

Doa

Allah Bapa yang di Sorga, aku mengakui bahwa aku sudah berdosa terhadap Engkau, sama seperti Adam. Tuhan, aku bergumul dengan kematian rohani akibat dosa. Hukum-Mu yang kudus mengikat aku dalam hukuman. Aku tidak dapat melakukan apapun untuk membebaskan diriku sendiri. Namun Engkau memberikan kepadaku hidup yang kekal saat aku percaya kepada Anak-Mu. Oleh karena kasih karunia-Mu, Engkau memberi aku kemenangan. Terima kasih Tuhan. Sekarang biarlah Engkau yang memimpin aku kepada kemenangan. Di dalam nama Tuhan Yesus Kristus. Amin.

Sengat maut ialah dosa dan kuasa dosa ialah hukum Taurat. Tetapi syukur kepada Allah, yang telah memberikan kepada kita kemenangan oleh Yesus Kristus, Tuhan kita. (1 Korintus 15:56-57) Dalam ayat di atas kita melihat dua masalah besar yang dijawab oleh kebangkitan Yesus. “Sengat maut ialah dosa dan kuasa dosa ialah hukum Taurat." Sengatan yang menyebabkan kematian baik secara fisik maupun secara rohani kepada manusia adalah dosa. “Sebab upah dosa ialah maut” (Roma 6:23). Adam berdosa dan seketika itu juga mati secara rohani.