Sekali lagi tentang kasih karunia dan iman

Dari GBI Danau Bogor Raya
< Ayo Saat Teduh‎ | 02
Revisi sejak 18 Juli 2018 09.50 oleh Leo (bicara | kontrib) (baru)
(beda) ← Revisi sebelumnya | Revisi terkini (beda) | Revisi selanjutnya → (beda)
Lompat ke: navigasi, cari

Orang benar akan hidup oleh iman. (Roma 1:17)

Jadi, iman timbul dari pendengaran, dan pendengaran oleh firman Kristus. (Roma 10:17)

Aku tahu kepada siapa aku percaya dan aku yakin bahwa Dia berkuasa memeliharakan apa yang telah dipercayakan-Nya kepadaku hingga pada hari Tuhan. (2 Timotius 1:12)

Seluruh kehidupan orang Kristen dirancang untuk dijalani dengan iman. “Orang benar akan hidup oleh iman.” Setiap hari, dalam setiap langkah, dalam setiap aspek, kita harus mengandalkan Tuhan. Hal inilah yang akan membawa kita kepada kasih karunia. Iman menyebabkan kita menerima dan hidup dalam limpahan kasih karunia yang Tuhan ingin curahkan kepada kita. Ingatlah bahwa iman berkaitan erat dengan kasih karunia. “Karena itulah kebenaran berdasarkan iman supaya merupakan kasih karunia” (Roma 4:16). Berusaha sebaik-baiknya dengan kekuatan kita sendiri tidak akan membawa kita kepada kasih karunia Allah. Pasrah dan tidak berbuat apa-apa juga tidak akan membawa kita kepada kasih karunia Allah. Sebaliknya, dengan rendah hati percaya dan mengandalkan Tuhan, baik dalam tindakan kita ataupun menanti dalam pengharapan, akan selalu membawa kita ke dalam kasih karunia-Nya.

Namun, bagaimana caranya seseorang belajar untuk hidup dengan iman? “Jadi, iman timbul dari pendengaran, dan pendengaran oleh firman Kristus.” Pada saat kita membaca dan merenungkan Firman Tuhan, dengan kerinduan untuk mendengar suara-Nya, iman mendapat tempat untuk tumbuh. Melalui Firman, Tuhan berbicara kepada kita mengenai siapa diri-Nya dan bagaimana jalan-jalan-Nya. Dia akan memberi tahu kita rencana dan tujuan-Nya. Dia akan memberikan kita pengertian yang lebih mendalam mengenai kehidupan. Dia akan membuang khayalan dan pengertian-pengertian yang salah. Dia menawarkan janji-janji dan kepastian. Sementara kita menjadi semakin mengenal Tuhan dan apa yang dikehendaki-Nya, kita akan tergerak mengandalkan Dia untuk membuat semuanya itu menjadi nyata dalam hidup kita. Saat kita menghadapi tantangan atau hambatan, kita percaya bahwa Ia adalah setia dan akan menyertai kita. Saat kita menyadari kelemahan kita, kita dibimbing untuk melihat kekuatan-Nya. Melalui semuanya itu, iman kita akan terus bertumbuh sejalan dengan pengenalan kita akan Dia dan karya-karya-Nya. Inilah pekerjaan kasih karunia Allah, karena Firman Tuhan adalah “Firman Kasih Karunia-Nya” (Kisah Para Rasul 20:32)

Proses ini menggambarkan aspek hubungan dari iman. Iman bukanlah sesuatu yang dapat kita hasilkan. Iman tumbuh dari pengenalan akan Tuhan. Paulus menulis mengenai proses ini. “Aku tahu kepada siapa aku percaya dan aku yakin bahwa Dia berkuasa memeliharakan apa yang telah dipercayakan-Nya kepadaku hingga pada hari Tuhan.” Dalam perjalanan kehidupannya, Paulus semakin mengenal Tuhan yang dia percayai. Lalu, ketika hubungan antara Paulus dan Kristus semakin erat, Paulus semakin yakin kepada Tuhan yang memampukan dirinya untuk menghadapi semua hal yang Tuhan percayakan kepada-Nya. Pertumbuhan iman Paulus inilah yang membuat kasih karunia tercurah dalam hidupnya.

Doa

Ya Tuhan sumber kasih karunia, aku rindu untuk senantiasa hidup dalam iman kepada Engkau. Bekerjalah dalam hati ku supaya aku semakin mencintai Firman-Mu, supaya imanku semakin bertumbuh, dan olehnya kasih karunia-Mu boleh tercurah dalam hidupku. Dengan segala kerendahan hati aku berdoa. Dalam nama Tuhan Yesus Kristus. Amin.

Orang benar akan hidup oleh iman. (Roma 1:17) Jadi, iman timbul dari pendengaran, dan pendengaran oleh firman Kristus. (Roma 10:17) Aku tahu kepada siapa aku percaya dan aku yakin bahwa Dia berkuasa memeliharakan apa yang telah dipercayakan-Nya kepadaku hingga pada hari Tuhan. (2 Timotius 1:12) Seluruh kehidupan orang Kristen dirancang untuk dijalani dengan iman. “Orang benar akan hidup oleh iman.”