Kuasa kasih karunia Tuhan sempurna di dalam kelemahan kita

Dari GBI Danau Bogor Raya
< Ayo Saat Teduh‎ | 02
Revisi sejak 18 Juli 2018 09.50 oleh Leo (bicara | kontrib) (baru)
(beda) ← Revisi sebelumnya | Revisi terkini (beda) | Revisi selanjutnya → (beda)
Lompat ke: navigasi, cari

"Cukuplah kasih karunia-Ku bagimu, sebab justru dalam kelemahanlah kuasa-Ku menjadi sempurna. " (2 Korintus 12:9)

Dia memberi kekuatan kepada yang lelah dan menambah semangat kepada yang tiada berdaya. Orang-orang muda menjadi lelah dan lesu dan teruna-teruna jatuh tersandung, tetapi orang-orang yang menanti-nantikan TUHAN mendapat kekuatan baru: mereka seumpama rajawali yang naik terbang dengan kekuatan sayapnya; mereka berlari dan tidak menjadi lesu, mereka berjalan dan tidak menjadi lelah. (Yesaya 40:29-31)

Ketika kita membahas mengenai kekuatan rohani, biasanya kita cenderung memilih salah satu dari dua posisi. Pada satu sisi kita mulai berpikir mengenai seberapa banyak kekuatan diri kita yang dapat kita keluarkan. Pada sisi lain kita memikirkan betapa lemahnya kita dan akhirnya pasrah. Alkitab jelas mengatakan bahwa Tuhan tidak bergantung kepada kekuatan manusia saja untuk melaksanakan panggilan ilahi. “Orang-orang muda menjadi lelah dan lesu dan teruna-teruna jatuh tersandung.” Biasanya mereka yang masih muda memiliki kekuatan yang paling maksimal, namun itu pun bukan sumber kekuatan yang dibutuhkan dalam ketahanan rohani.

Firman Tuhan juga jelas mengatakan bahwa kesadaran akan kelemahan kita bukan supaya kita menjadi patah semangat. Bahkan justru sebaliknya. Kesadaran akan ketidakberdayaan kita merupakan cara Tuhan untuk mengingatkan kita supaya mencari Dia sebagai sumber kekuatan. “Dia memberi kekuatan kepada yang lelah dan menambah semangat kepada yang tiada berdaya.” Mereka yang mengakui bahwa mereka adalah manusia yang tidak berdaya adalah mereka yang justru mendapat tawaran kekuatan dari Tuhan. Mereka yang menyadari bahwa mereka adalah orang yang lemah adalah mereka yang justru dikuatkan oleh Tuhan dari hari ke hari.

Sungguh suatu kebenaran yang luar biasa di mana kuasa Tuhan disempurnakan (dikerjakan secara penuh) di dalam area kehidupan yang menjadi kelemahan kita. "Cukuplah kasih karunia-Ku bagimu, sebab justru dalam kelemahanlah kuasa-Ku menjadi sempurna. " Ketika kita mengakui kepada Tuhan perihal area kehidupan yang menjadi kelemahan kita, kasih karunia-Nya disediakan untuk menguatkan kita. Ketika kita secara pribadi memandang kepada Dia untuk mencurahkan kuasanya, maka kita akan dicukupkan. “Tetapi orang-orang yang menanti-nantikan TUHAN mendapat kekuatan baru.”

Menantikan Tuhan berarti berharap kepada Dia dan mengandalkan hanya Dia saja, bukan kepada diri kita sendiri. Mereka yang menantikan Tuhan dalam kelemahan mereka, adalah “seumpama rajawali yang naik terbang dengan kekuatan sayapnya; mereka berlari dan tidak menjadi lesu, mereka berjalan dan tidak menjadi lelah” Oleh karena itu kita dapat mengaku bahwa “Segala perkara dapat kutanggung di dalam Dia yang memberi kekuatan kepadaku” (Filipi 4:13).

Doa

Tuhan, hanya Engkaulah satu-satunya kekuatan dan pengharapanku. Dengan kekuatanku sendiri aku lemah dan tidak memiliki pengharapan. Terima kasih untuk kasih dan kesabaran-Mu ketika aku berpikir bahwa aku bisa berjalan dengan kekuatanku sendiri. Tuhan, aku manusia yang lemah, curahkanlah kuasa-Mu. Aku tidak memiliki kekuatan, tambahkanlah kekuatan-Mu di dalam aku. Aku menanti-nantikan Engkau. Aku berharap hanya kepada Engkau. Lepaskanlah kasih karunia-Mu yang mulia di dalam aku, sempurnakanlah kuasa-Mu di dalam hidupku. Di dalam nama Tuhan Yesus Kristus. Amin.

"Cukuplah kasih karunia-Ku bagimu, sebab justru dalam kelemahanlah kuasa-Ku menjadi sempurna. " (2 Korintus 12:9) Dia memberi kekuatan kepada yang lelah dan menambah semangat kepada yang tiada berdaya. Orang-orang muda menjadi lelah dan lesu dan teruna-teruna jatuh tersandung, tetapi orang-orang yang menanti-nantikan TUHAN mendapat kekuatan baru: mereka seumpama rajawali yang naik terbang dengan kekuatan sayapnya; mereka berlari dan tidak menjadi lesu, mereka berjalan dan tidak menjadi lelah. (Yesaya 40:29-31)