Cawat dari pohon ara

Dari GBI Danau Bogor Raya
Revisi sejak 16 Agustus 2022 19.15 oleh Sari (bicara | kontrib) (baru)
(beda) ← Revisi sebelumnya | Revisi terkini (beda) | Revisi selanjutnya → (beda)
Lompat ke: navigasi, cari

"Dan TUHAN Allah membuat pakaian dari kulit binatang untuk manusia dan untuk isterinya itu, lalu mengenakannya kepada mereka." Kejadian 3:21

Ketika manusia jatuh ke dalam dosa karena melanggar perintah Allah untuk tidak memakan buah dari pohon Pengetahuan yang baik dan yang jahat, mereka bersembunyi dari hadapan Allah. Alkitab mencatat, mereka takut, karena mereka telanjang, lalu mereka membuat cawat dari daun pohon ara. Tetapi Tuhan Allah membuatkan pakaian dari "kulit binatang" untuk menutupi ketelanjangan manusia ganti daun pohon ara.

Sejak kejatuhan manusia di Taman Eden itulah, maka sama seperti hal nya Adam dan Hawa, manusia tanpa disadari selalu ingin mengenakan "cawat dari daun pohon Ara" untuk menutupi ketelanjangannya. Alih-alih dari bergantung kepada Tuhan, manusia cenderung "memakai" sesuatu yang bukan Tuhan untuk menutupi "rasa takut/kemaluan-nya".

Ada yang memilih dengan kebenarannya sendiri, berusaha mengejar kebenaran tersebut dengan norma-norma /hukum agama; seperti berbuat kebajikan, amal ibadah, melakukan ritual tertentu dan sebagainya agar diri mereka dapat diterima di hadapan Tuhan. Ada pula yang mengejar kekayaan, benda-benda material duniawi secara serakah; mengejar kecantikan, sex dan sebagainya. Tanpa disadari, semuanya itu sebenarnya adalah upaya dari manusia untuk menutupi "ketelanjangan"nya dengan cara yang fana.

Memakai baju-baju ber-merk, atau tas-tas, atau perhiasan yang sangat mahal tidak lah salah. Tetapi akan menjadi salah kalau hal tersebut dipakai untuk menutupi ketelanjangan tersebut.

Rasa aman kita harus lah bukan kepada hal-hal duniawi tersebut. Atau bahkan bukan juga kepada tindakan-tindakan agamawi (kesalehan yang dilakukan atas usaha manusia untuk dapat diterima Tuhan). Bukan. Rasa aman kita satu-satunya harus lah hanya di dalam pengorbanan Kristus. (Ingat, Bapa memberikan pakaian dari kulit binatang ganti daun pohon ara. Untuk membuat pakaian dari kulit binatang tentunya ada hewan yang harus dikurbankan terlebih dahulu bukan? Sejak awal Tuhan Allah sudah berinisiatif untuk menyediakan "suatu kurban" untuk menutupi ketelanjangan manusia. Semua ini adalah gambaran akan pengorbanan Tuhan Yesus yang akan menutupi ketelanjangan tersebut. Hanya darah-Nya lah yang dapat menutupi ketelanjangan kita, malu kita, dan ketakutan kita).

Keturunan Adam yang pertama pun sempat melakukan kesalahan, ketika Kain mempersembahkan hasil sayur-mayur nya kepada Tuhan. Sayur-mayur merupakan produk/hasil tanah yang telah dikutuk oleh Tuhan. Itu adalah hasil dari keringat manusia. Tuhan tidak berkenan atas nya.

Saudara tentu ingat kisah Tuhan Yesus mengubah air menjadi anggur dalam pernikahan di Kana, bukan? Alkitab mencatat, disitu ada 6 tempayan yang disediakan untuk pembasuhan (purification) menurut adat orang Yahudi (di mana orang Yahudi tidak diperbolehkan makan dan minum tanpa melakukan ritual pembasuhan tangan dan kaki terlebih dulu). Tuhan Yesus meminta kepada pelayan-pelayan untuk mengisi ke 6 tempayan tersebut penuh dengan air, dan kemudian mencedok dan membawanya kepada pemimpin pesta. Air tersebut telah berubah menjadi anggur.

Anggur adalah lambang dari pada Darah Yesus. Saya percaya kisah pernikahan di Kana ini adalah juga gambaran dari pada Pernikahan Anak Domba. Kita tidak dapat memasuki pernikahan tersebut dengan kesucian agamawi "kita". Kita hanya dapat memasukinya dengan darah Anak Domba.

Jadi alih-alih kita memakai "cawat dari daun pohon ara", marilah kita datang kepada Tuhan Yesus; datang, minta ampun dan berserahlah kepada-Nya. Andalkan Dia dan percayalah kepada Nya. Dia-lah kecintaan kita. Kasihilah Dia sungguh-sungguh. MERDEKA!