Ucapan dalam kuasa Firman

Dari GBI Danau Bogor Raya
Revisi sejak 9 Agustus 2022 19.56 oleh Leo (bicara | kontrib) (upd)
Lompat ke: navigasi, cari

Amsal 18:21,

"Hidup dan mati dikuasai lidah, siapa suka menggemakannya, akan memakan buahnya."

Ucapan yang kita lepaskan bisa menghadirkan kuasa Kerajaan dari Firman-Nya, atau sebaliknya mengundang kekalahan dan kerusakan. Itulah perbedaan orang yang mengucapkan Firman dari hati, atau ucapan karena khawatir.

Tuhan sudah mengaruniakan otoritas Kerajaan Allah kepada kita sebagai anak-anakNya. Oleh otoritas-Nya itu, kita mampu memanifestasikan kuasa-Nya yang telah Dia taruhkan dalam roh kita. Ketika tinggal di dalam Firman dan Firman-Nya di hati kita, ada otoritas Kerajaan Allah di dalam kita.

Kuasa firman-Nya yang dideklarasikan akan mengubahkan keadaan menjadi selaras dengan kehendak Tuhan. Keadaan buruk akan diubahkan jadi baik. Yang sakit disembuhkan, yang terbelenggu dimerdekakan, dan seterusnya. Di Tahun Pey, mulut kita harus penuh pujian kepada Tuhan dan penuh kuasa memperkatakan Firman, baik deklarasi maupun melepaskan perkataan nubuatan. Deklarasi oleh otoritas Kerajaan-Nya akan mengubahkan yang di bumi jadi selaras dengan janji Firman-Nya.

Tuhan Yesus memberikan teladan untuk melepaskan perkataan otoritas atas situasi buruk yang dihadapi.

Markus 4:37-40,

"Lalu mengamuklah taufan yang sangat dahsyat dan ombak menyembur masuk ke dalam perahu, sehingga perahu itu mulai penuh dengan air.
Pada waktu itu Yesus sedang tidur di buritan di sebuah tilam. Maka murid-murid-Nya membangunkan Dia dan berkata kepada-Nya: "Guru, Engkau tidak perduli kalau kita binasa?"
Ia pun bangun, menghardik angin itu dan berkata kepada danau itu: "Diam! Tenanglah!" Lalu angin itu reda dan danau itu menjadi teduh sekali."

Yesus memiliki damai sedemikian berlimpah di dalam diri-Nya, bahkan saat berada di tengah badai yang berbahaya. APA YANG DI DALAM YESUS MENGUASAI APA YANG ADA DI LUAR. Saat Yesus berkata, "Diam! Tenanglah!" DIA melepaskan keluar damai yang ada di dalam diri-Nya, dan badaipun berhentilah. Bagaimana dengan para murid? Mereka dikuasai kepanikan. Para murid tidak bisa ambil alih otoritas atas badai yang berkecamuk, karena di dalam diri mereka berlangsung badai ketakutan yang berkecamuk.

Para murid belum penuh Roh Kudus. Tidak punya otoritas. Mereka berteriak-teriak ketakutan di tengah badai menggoncang. Mereka tidak memiliki otoritas atas badai. Keadaan jadi sangat berbeda sejak mereka penuh Roh Kudus. Mereka penuh kuasa dan otoritas Kerajaan. Kita pun sering berteriak kepada Tuhan saat melewati badai ketika tidak menyadari otoritas yang Tuhan sudah berikan.

Tuhan memang menjawab doa dan seruan kita. Namun akan lebih baik jikalau bukannya hanya berdoa, melainkan sadari dan gunakan otoritas yang kita punya untuk bertindak atas badai hidup kita.

Mintalah Tuhan menunjukkan kepada Anda, apakah ada situasi dalam hidup Anda yang telah didoakan dan minta tolong diselesaikan, yang ternyata Tuhan itu telah berikan kuasa atasnya, bertindaklah dengan otoritas atas situasi itu.

Markus 11:23,

"Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya barangsiapa berkata kepada gunung ini: Beranjaklah dan tercampaklah ke dalam laut! Asal tidak bimbang hatinya, tetapi percaya, bahwa apa yang dikatakannya itu akan terjadi, maka hal itu akan terjadi baginya."

Kerajaan Allah di dalammu adalah otoritas yang menaklukkan apa yang di luar, penuh damai sejahtera oleh Roh Kudus. Sebab itu jadikanlah Tuhan Yesus sebagai Raja di hati Anda, maka kuasa Kerajaan-Nya memenuhi hati, penuh damai sejahatera dan kebenaranNya (Roma 14:17). Amin. (MG).