Tingkat keintiman yang baru di tahun yang baru

Dari GBI Danau Bogor Raya
Revisi sejak 11 Januari 2022 17.26 oleh Sari (bicara | kontrib) (Baru)
(beda) ← Revisi sebelumnya | Revisi terkini (beda) | Revisi selanjutnya → (beda)
Lompat ke: navigasi, cari

Tahun silih berganti dengan sangat cepat, serasa belum lama kita memasuki tahun 2021 dengan perasaan yang penuh dengan ketidakpastian, namun Tuhan Yesus baik, Ia telah menuntun dan menyertai kita dengan demikian luar biasa sehingga kita bisa melaluinya dan melihat pertolongan Tuhan Yesus yang ajaib. Sekarang kita telah memasuki tahun yang baru, tahun 2022, Tahun Paradigma Yang Baru.

Memasuki tahun yang baru tentunya bukan sekedar usia yang bertambah, atau sekedar kedewasaan yang bertambah tapi juga harus bertambah level keintiman dengan Tuhan, dimana pengenalan kita akan Dia semakin dalam, semakin personal, sebagaimana dikatakan oleh Ayub,

Hanya dari kata orang saja aku mendengar tentang Engkau, tetapi sekarang mataku sendiri memandang Engkau. (Ayub 42:5).

Bukankah tingkat keintiman sesuatu yang sulit untuk diukur? Bagaimana saya tahu jika tingkat keintiman saya dengan Tuhan semakin meningkat? Memang tidak alat ukur ilmiah untuk dapat menentukan tingkat keintiman seseorang dengan Tuhan, namun melalui beberapa hal berikut dibawah ini paling tidak dapat menjadi sebuah indikator untuk melihat seberapa dalam keintiman kita dengan Tuhan.

Kehidupan doa, pujian, dan penyembahan

Keintiman tentunya tidak dapat dipisahkan dari kehidupan doa sebagai sarana komunikasi dua arah kita dengan Tuhan, juga tidak lepas dari pujian dimana kita mengungkapkan rasa syukur dan kekaguman kita akan pekerjaan dan perbuatan-Nya dalam hidup kita serta melaluinya kita ‘dibawa masuk' dalam hadirat-Nya (Mazmur 100:4), yang membuat kita menyembah-Nya, menikmati persekutuan yang dekat, akrab dan intim dengan Tuhan (Mazmur 95:6-7).

Orang percaya yang memiliki kedalaman dengan Tuhan tentunya akan memahami doa, pujian dan penyembahan bukan sekedar sebagai bagian dari liturgi ibadah, sekedar sebagai sebuah kebiasaan baik untuk dilakukan, sekedar mengisi waktu luang, melainkan sebagai sesuatu yang sangat bermakna dan sangat berharga bagi kehidupannya.

Kekudusan hidup

Jika ada orang yang mengaku memiliki kedekatan atau keintiman tertentu dengan Tuhan namun menampilkan kehidupan yang sembrono, tidak sesuai dengan firman dalam hal perkataan, perbuatan, pengelolaan keuangan, kehidupan seksualitas dan pernikahan, hal itu hanyalah sebuah omong kosong belaka. Ketika kita berbicara tentang kekudusan hidup dalam kaitan dengan keintiman dengan Tuhan, kita tidak sedang berbicara tentang legalisme, kita berbicara tentang fakta dan kebenaran Alkitab. Tidak mungkin seseorang intim dengan Tuhan tanpa kekudusan (Yosua 3:5; 1 Samuuel 16:5; Mazmur 24:3-4; Matius 5:8). Untuk itu Tuhan Yesus menguduskan kita dengan darah-Nya, menebus dan menyelamatkan kita (Ibrani 9:14). Namun, bukan berarti setelah itu kita tidak menjaga kekudusan hidup yang telah Ia berikan dengan kita berbuat dan bertindak yang melanggar firman Tuhan seenaknya. Ia yang menguduskan kita, Ia juga yang memberikan perintah:

"tetapi hendaklah kamu menjadi kudus di dalam seluruh hidupmu sama seperti Dia yang kudus, yang telah memanggil kamu, sebab ada tertulis: Kuduslah kamu, sebab Aku kudus." (1 Petrus 1:16-17)

Kerinduan akan Kedatangan-Nya yang kedua kali

Mereka yang menjalin sebuah hubungan yang intim pasti memiliki kerinduan untuk bertemu. Semakin lama terpisah oleh jarak dan waktu akan membuatnya semakin terasa ‘tersiksa' oleh dorongan rasa rindu yang meluap, sehingga perkataan mulutnya senantiasa menyatakan ungkapan kerinduan hatinya yang mendalam. Dalam konteks ini, jika kita memiliki keintiman yang mendalam dengan Tuhan Yesus sudah pasti kita akan memiliki kerinduan yang mendalam untuk berjumpa dengan Dia muka dengan muka. Rasa rindu tersebut pasti akan terungkap dalam doanya kepada Tuhan seperti Yohanes, "datanglah Tuhan Yesus!" (Wahyu 22:20). (DL)

Tahun silih berganti dengan sangat cepat, serasa belum lama kita memasuki tahun 2021 dengan perasaan yang penuh dengan ketidakpastian, namun Tuhan Yesus baik, Ia telah menuntun dan menyertai kita dengan demikian luar biasa sehingga kita bisa melaluinya dan melihat pertolongan Tuhan Yesus yang ajaib. Sekarang kita telah memasuki tahun yang baru, tahun 2022, Tahun Paradigma Yang Baru.