Pengharapan yang teguh

Dari GBI Danau Bogor Raya
Revisi sejak 11 Oktober 2021 17.13 oleh Sari (bicara | kontrib) (Baru)
(beda) ← Revisi sebelumnya | Revisi terkini (beda) | Revisi selanjutnya → (beda)
Lompat ke: navigasi, cari

"Sebab sekalipun tidak ada dasar untuk berharap, namun Abraham berharap juga dan percaya, bahwa ia akan menjadi bapa banyak bangsa, menurut yang telah difirmankan: "Demikianlah banyaknya nanti keturunanmu."

Roma 4:18

Pengharapan yang teguh adalah pengharapan yang didasari landasan yang tak tergoncangkan. Pengharapan hidup karena adanya janji yang tak bisa dibatalkan oleh apapun. Hanya Allah yang janji-Nya tidak bisa dibatalkan oleh apapun, maka janji-Nya adalah kepastian yang selamanya tidak akan berubah. Karena itu berpeganglah kepada janji Allah, maka Dia pasti genapi janji-Nya. Berharap kepada janji Allah adalah pengharapan yang pasti. Allah itu kekal, firman-Nya itu kekal. Langit dan bumi akan berlalu, namun firman-Nya tidak berubah.

Dalam keadaan yang tak menentu seperti sekarang ini, kita harus memiliki pengharapan yang pasti. Milikilah firman Allah di hati. Miliki janji-Nya yang tak tergoyahkan. Tetaplah dalam pengharapan datangnya pertolongan Tuhan. Ketika seseorang tidak memiliki pengharapan, maka kekuatannya merosot, mudah menyerah dan patah semangat. Sebaliknya, kekuatan dalam menaklukkan tantangan bersumber pada pengharapan yang teguh. Kebimbangan adalah perusak pengharapan. Kebimbangan adalah bagian dari curiga dan prasangka buruk. Karena itu pastikan hati dan pikiran bersih dari sampah dan racun yang ditebar Iblis si pendusta. Hati yang murni dan penuh damai sejahtera dan pikiran yang fokus kepada Tuhan Yesus harus senantiasa dijaga dan didisiplinkan, maka racun bimbang dan curiga tidak akan menggerogoti pangharapan.

  1. Filipi 4:8 menegaskan supaya pikiran kita terus menerus diisi perkara kebenaran dan keadilan, yang suci dan baik dan terpuji.
  2. Amsal 4:23 memperingatkan agar hati kita senantiasa murni, dan mengalirkan aliran kehidupan yang murni.
  3. Kolose 3:1-2 mendorong, carilah perkara di atas, di mana Kristus ada bersama Allah Bapa, pikirkanlah perkara surgawi, bukan perkara duniawi.
  4. Roma 12:2 menasihati kita untuk mengalami penyelarasan dengan pikiran Kristus, dan mengenakan pikiran Kristus.

Abraham tidak menaruh pengharapan kepada perkara jasmaniah. Meskipun tidak ada dasar apapun secara jasmasni yang bisa diharapkan, dia tetap kuat. Ia tetap kuat karena bertumpu kepada janji Allah. Abraham karib dan mengenal Allah melalui pengalaman dan kesetiaannya dalam mengikut Tuhan. Roma 4: 17 meyatakan Abraham mengenal Allah sebagai Allah yang menciptakan dari tidak ada menjadi ada dan membangkitkan yang mati hidup kembali, itulah keyakinannya dan pengenalannya akan Allah. Ketika Tuhan berjanji, dia total berpegang kepada janji Tuhan, tidak memperdulikan apa kenyataan fisiknya. Abraham dikuasai kebenaran firman, bukan oleh kenyataan secara jasmaniahnya. Inilah iman tanpa kebimbangan. Memegang janji firman, sampai digenapi seluruhnya, walau kenyataan di depan mata seolah tidak sesuai dengan harapan.

Abraham semakin kuat berharap akan kegenapan janji Allah. Apa yang dipercayainya dengan penuh keyakinan, itulah yang diterima dalam pewujudan yang penuh. Abraham menjadi bapa banyak bangsa, bapa orang beriman.

Karena itu, mari kita berpegang dan mengandalkan firman Allah. Pegang janji-Nya yang berkuasa mengubah kehidupan kita dan membalikkan keadaan buruk menjadi baik. Setiap firman Tuhan yang keluar dari mulut Allah tidak akan kembali dengan sia-sia, penuh kuasa mewujudkan yang dikatakan-Nya. Karena itu, janganlah lupa untuk merenungkan dan memperkaakan firman Tuhan, karena firman-Nya membangkitkan pengharapan dan membuat iman menjadi teguh.

Kita adalah keturunan Abraham secara rohani, hidupilah teladan iman Abraham.

"Sebab sekalipun tidak ada dasar untuk berharap, namun Abraham berharap juga dan percaya, bahwa ia akan menjadi bapa banyak bangsa, menurut yang telah difirmankan: "Demikianlah banyaknya nanti keturunanmu." (Roma 4:18)