Pentakosta

Dari GBI Danau Bogor Raya
Revisi sejak 16 Februari 2021 21.22 oleh Leo (bicara | kontrib) (upd)
Lompat ke: navigasi, cari
RK.jpgRK.jpg
Renungan khusus
Tanggal31 Mei 2020
PenulisPdt Chris Silitonga, MEd
Sebelumnya
Selanjutnya

“Ketika tiba hari Pentakosta, semua orang percaya berkumpul di satu tempat. Tiba-tiba turunlah dari langit suatu bunyi seperti tiupan angin keras yang memenuhi seluruh rumah, di mana mereka duduk; dan tampaklah kepada mereka lidah-lidah seperti nyala api yang bertebaran dan hinggap pada mereka masing-masing. Maka penuhlah mereka dengan Roh Kudus, lalu mereka mulai berkata-kata dalam bahasa-bahasa lain, seperti yang diberikan Roh itu kepada mereka untuk mengatakannya." (Kisah Para Rasul 2:1-4)

Dalam masyarakat Yahudi, Pentakosta merupakan hari raya penuaian, yaitu momen mereka bersukacita karena panen yang mereka terima. Masyarakat Yahudi harus merayakan Pentakosta, sekalipun mungkin tidak secara langsung memiliki usaha agraria (pertanian atau perkebunan). Secara tradisional, masyarakat Yahudi percaya bahwa hari di mana Musa menerima hukum-hukum Allah adalah juga hari Pentakosta. Jadi dari sudut pandang Yudaisme, Pentakosta berarti penuaian dan diterimanya hukum Allah.

Hari Raya Pentakosta bagi umat Kristiani adalah hari yang sangat bermakna. Kata "penta" yang artinya 50 (lima puluh) merujuk kepada 50 hari setelah kebangkitan Yesus Kristus dari kematian. Kisah Para Rasul 2 mencatat bahwa hari itu sebagai hari terjadinya pencurahan Roh Kudus kepada 120 orang di loteng atas dan mereka berbahasa roh sebagai tanda awal baptisan Roh Kudus. Tanda awal ini secara konsisten muncul dalam berbagai peristiwa serupa yang dicatat dalam kitab Kisah Para Rasul. Peristiwa ini juga sebagai hari lahirnya Gereja secara universal. Jadi bagi kita Pentakosta memiliki makna:

  1. Pencurahan Roh Kudus bagi orang yang percaya kepada Kristus, untuk memiliki kuasa menuai jiwa-jiwa bagi Tuhan. (Kisah 1:8)
  2. Penggenapan janji Kristus bahwa Roh Kudus akan menuntun kita untuk mengerti firman (‘hukum’) Tuhan yang ditorehkan dalam hidup kita. (Yohanes 14:26; Ibrani 8:10)
  3. Hari di mana Allah meng-inaugurasi lahirnya persekutuan orang-orang yang percaya kepada-Nya di dalam Kristus Yesus. (Kisah 2:47)

Gereja tidak mungkin ada jika tidak ada pencurahan Roh Kudus!

Patut juga diingat, bahwa ketika orang Israel berjalan di padang gurun selepas mereka bebas dari Mesir, maka Allah menuntun mereka dengan tiang awan dan tiang api. Ini adalah perlambangan Roh Kudus yang akan menuntun umat-Nya dalam perjalanan hidup mereka.

Di era Perjanjian Baru, perlambangan kehadiran Roh Kudus untuk menuntun umat-Nya muncul kembali dalam lidah-lidah seperti nyala api yang bertebaran dan hinggap di antara pengikut Yesus di loteng atas pada hari raya Pentakosta yang pertama. (Kisah 2:3)

Di sini kita bisa melihat adanya hubungan yang erat antara apa yang didapatkan oleh masyarakat Yahudi di zaman Perjanjian Lama dengan apa yang didapatkan oleh orang Kristen di zaman Perjanjian Baru. Dari sini juga kita bisa melihat bahwa apa yang dikerjakan oleh Roh Kudus di Perjanjian Lama tetap berlangsung (continue) di Perjanjian Baru, artinya tetap ada sampai sekarang.

Sebelum para murid menerima pencurahan Roh Kudus, mereka menantikan dengan setia janji Yesus akan hal tersebut. (Kisah 1:8) Mereka tidak langsung menjalankan Amanat Agung Tuhan Yesus (Matius 28:19-20; Markus 16:15-16) karena tahu bahwa tidak mungkin menjalankan apa yang Tuhan perintahkan tanpa kepenuhan Roh Kudus (bdk. Kisah 4:31). Prinsip inilah yang dengan setia kita terapkan dalam pelayanan, demikian juga yang dilakukan oleh berbagai jemaat. Sebagai umat Kristen Perjanjian Baru, kita mengerti bahwa baptisan Roh Kudus dengan tanda awal berbahasa roh hanya terjadi sekali dalam hidup kita, tetapi kita perlu terus-menerus dipenuhi oleh Roh Kudus. (Kisah 11:26,13:52; Efesus 5:17-19)

Empat alasan mengapa kita perlu terus dipenuhi Roh Kudus

#1 Untuk menghasilkan hidup yang kudus

"Pada waktu itu Dia telah menyelamatkan kita, bukan karena perbuatan baik yang telah kita lakukan, tetapi karena rahmat-Nya oleh permandian kelahiran kembali dan oleh pembaharuan yang dikerjakan Roh Kudus, yang sudah dilimpahkan-Nya kepada kita oleh Yesus Kristus, Juruselamat kita, supaya kita, sebagai orang yang dibenarkan oleh kasih karunia-Nya, berhak menerima." (Titus 3:5-7)

Kita diselamatkan oleh karena anugerah yang Tuhan berikan melalui pengorbanan Yesus Kristus di atas kayu salib. Kita diselamatkan bukan karena perbuatan baik, tetapi semata-mata karena kasih karunia-Nya. Roh Kudus-lah yang menggerakkan hati kita untuk percaya kepada anugerah keselamatan yang Kristus sediakan buat kita. Apakah berhenti di situ? Tentu tidak. Kita masih harus diajar, dituntun dan diperbaharui oleh Roh Kudus dan firman-Nya, agar pada akhirnya keselamatan kita dituntaskan pada saat kita berjumpa dengan Tuhan.

Rasul Petrus dengan jelas dalam Kisah Para Rasul 2:38 dan 2:40 mengatakan bahwa hanya orang yang percaya kepada Kristus-lah yang berhak menerima kepenuhan Roh Kudus. Siapa yang dinyatakan sebagai "percaya kepada Kristus"? Itu adalah mereka yang bertobat dan memberi diri dibaptis (selam) dalam nama Yesus Kristus untuk pengampunan dosa. Setelah itulah orang percaya perlu dipenuhi Roh Kudus agar mereka diselamatkan dari cara-cara hidup dunia yang jahat ini. Jadi kepenuhan Roh Kudus akan membantu kita dalam menjalani hidup yang kudus.

#2 Memberi kuasa untuk mengabarkan Injil dan menjadi saksi bagi Kristus

"Tetapi kamu akan menerima kuasa, kalau Roh Kudus turun ke atas kamu, dan kamu akan menjadi saksi-Ku di Yerusalem dan di seluruh Yudea dan Samaria dan sampai ke ujung bumi." (Kisah Para Rasul 1:8)

Salah satu tujuan utama Roh Kudus dicurahkan kepada kita adalah agar kita mampu mengabarkan Injil dan menjadi saksi-saksi kasih karunia Tuhan. Pada titik ini mungkin ada yang bertanya: “Bisakah seseorang mengabarkan Injil atau menjadi saksi tanpa Roh Kudus? Bagaimana dengan para misionaris non-pentakostal yang menjalankan pengabaran Injil, apakah tanpa Roh Kudus?”

Jawaban dari pertanyaan-pertanyaan ini adalah bahwa bisa saja seseorang mengabarkan Injil dan menjadi saksi tanpa kepenuhan Roh Kudus, tetapi hasilnya sangat jauh berbeda dengan mereka yang dipenuhi Roh Kudus. Kekristenan di abad-abad pertama meluas dengan sangat cepat karena para pengikut Kristus dipenuhi Roh Kudus. Kita tidak bisa memungkiri sejarah, bahwa sesudah itu pengabaran Injil tidak secepat yang terjadi pada era para rasul.

Namun ketika memasuki abad 20, khususnya setelah revival di Azusa Street (‘Pentakosta Kedua’), pengabaran Injil berlangsung jauh lebih cepat, dan jutaan orang menjadi saksi bagi kemuliaan Tuhan. Dari fakta sejarah ini saja kita bisa melihat betapa significant-nya kepenuhan Roh Kudus dalam menggerakkan orang percaya untuk mengabarkan Injil.

Satu hal yang harus kita perhatikan juga adalah Markus 16:15-18. Jika kita perhatikan baik-baik ayat-ayat ini maka jelaslah bahwa mujizat-mujizat menyertai orang-orang yang memberitakan Injil. Pemberitaan Injil harus disertai dengan kuasa dan kepenuhan Roh Kudus.

#3 Menggairahkan kehidupan doa dan persekutuan dengan Allah

"Dengan bertekun dan dengan sehati mereka berkumpul tiap-tiap hari dalam Bait Allah. Mereka memecahkan roti di rumah masing-masing secara bergilir dan makan bersama-sama dengan gembira dan dengan tulus hati." (Kisah Para Rasul 2:46)

Salah satu hal yang tercatat dari gaya hidup jemaat mula-mula yang dipenuhi Roh Kudus adalah mereka suka untuk berkumpul, senang untuk bersekutu, senang untuk belajar firman Tuhan dan senang untuk memuji dan menyembah Tuhan. Ini adalah gaya hidup dari orang-orang yang dipenuhi oleh Roh Kudus. Terdapat suatu kegairahan di dalam diri orang percaya untuk selalu senang berdoa, berhubungan erat dengan Tuhan dan sesama anak Tuhan.

Kita juga melihat dalam Kisah Para Rasul 16 misalnya, Paulus dan Silas tetap berdoa dan memuji-muji Allah sekalipun mereka sedang dipasung dalam penjara. Orang percaya yang dipenuhi Roh Kudus, akan selalu on fire dalam kehidupan doa-pujian-penyembahan.

Pastor Niko Njotorahardjo dalam suatu session pernah mengajar, bahwa orang-orang yang penuh dengan Roh Kudus tidak akan pernah merasa lelah atau burn-out dalam pelayanan. Jika ada diantara kita yang saat ini sedang merasakan hal yang demikian, maka segeralah membangun hubungan yang erat dengan Tuhan, masuk hadirat-Nya, dipenuhi kembali dengan Roh Kudus, banyak berdoa, memuji, dan menyembah, sehingga kita akan kembali berapi-api untuk melayani Dia (Roma 12:11).

#4 Menyatakan hadirat Allah dalam hidup kita

"Tetapi saatnya akan datang dan sudah tiba sekarang, bahwa penyembah-penyembah benar akan menyembah Bapa dalam roh dan kebenaran; sebab Bapa menghendaki penyembah-penyembah demikian." (Yohanes 4:23)

Perhatikanlah kata-kata yang diucapkan Yesus dalam ayat di atas. Yesus mengatakan bahwa Bapa menghendaki agar kita menyembah Dia di dalam roh dan kebenaran. Ini artinya, mereka yang menyembah Dia di dalam kepenuhan Roh Kudus dan hidupnya sesuai dengan Firman Tuhan, melakukan kehendak Bapa dan yang melakukan kehendak Bapa pasti mengalami/merasakan hadirat Tuhan dalam hidup mereka.

Di tengah-tengah situasi apapun, orang-orang yang dipenuhi Roh Kudus akan tetap kuat dan bersukacita, karena Roh Kudus yang ada dalam diri mereka jauh lebih besar daripada apapun yang ada di dunia. (1 Yohanes 4:4)

Di hari Pentakosta ini, marilah kita kembali menyatakan kepada Tuhan bahwa kita tidak bisa hidup tanpa Dia dan kita sangat membutuhkan kepenuhan Roh Kudus dalam kehidupan kita. Amin. (CS)

Datanglah s'karang penuhi kami dengan kuasa-Mu
Penuhi kami sekarang ini dengan api Roh-Mu
Roh Kudus, ini hamba-Mu
Roh Kudus, penuhi hamba-Mu

Sumber

  • Pdt Chris Silitonga, MEd (31 Mei 2020). "Renungan Khusus". Warta Jemaat. GBI Jalan Gatot Subroto. Diakses pada 04 November 2020.

    :“Ketika tiba hari Pentakosta, semua orang percaya berkumpul di satu tempat. Tiba-tiba turunlah dari langit suatu bunyi seperti tiupan angin keras yang memenuhi seluruh rumah, di mana mereka duduk; dan tampaklah kepada mereka lidah-lidah seperti nyala api yang bertebaran dan hinggap pada mereka masing-masing. Maka penuhlah mereka dengan Roh Kudus, lalu mereka mulai berkata-kata dalam bahasa-bahasa lain, seperti yang diberikan Roh itu kepada mereka untuk mengatakannya." (Kisah Para Rasul 2:1-4)