Keberanian percaya di hadapan Tuhan

Dari GBI Danau Bogor Raya
Revisi sejak 19 Februari 2021 15.35 oleh Leo (bicara | kontrib) (upd)
Lompat ke: navigasi, cari

Dan inilah keberanian percaya kita kepada-Nya...... (1 Yohanes 5:14)

Tuhan sedang mencurahkan kasih karunia-Nya melimpah atas umat-Nya di tahun Ayin Gimel ini. Tahun Gimel ini dilambangkan dengan onta. Gambaran onta yang datang membawa muatan adalah ekspresi kebaikan Bapa kita di sorga bagi anak-anak-Nya di musim yang baru ini. Sejumlah besar onta akan menutupi daerahmu, unta-unta muda dari Midian dan Efa ……akan membawa emas dan kemenyan, serta memberitakan perbuatan masyhur Tuhan. (Yesaya 60:6)

Menanggapi apa yang sedang Tuhan sedang lakukan, kita harus datang dengan hati yang murni, bersih dari konflik di hati. Karena itu kita harus datang kepada Tuhan dengan hati penuh keberanian percaya kepada-Nya. Keberanian percaya di hadapan Tuhan membuat kita meraih kebaikan yang telah Dia sediakan bagi kita. Kita mengenali diri dan memandang diri kita di hadapan-Nya sebagai anak-anak yang dikasihi-Nya. Kita memiliki hubungan kasih dan persahabatan dengan Bapa kita di sorga. Dia sendiri yang menyebutkan kita adalah spesial bagi-Nya: " …. Karena engkau berharga di mata-Ku dan mulia, dan Aku ini mengasihi engkau…." (Yesaya 43:4). Ketika kita mengenal Allah dengan benar dan memandang-Nya dengan pengenalan bahwa Dia adalah Bapa kita yang baik, maka kebaikan yang Dia sediakan bagi kita akan kita terima dan alami.

Sebaliknya, keraguan dan rasa tidak layak membuat kita kehilangan yang terbaik dari Tuhan. Contohnya si kakak sulung dalam perumpamaan anak hilang.

Dalam contoh perumpamaan anak yang hilang, si bapa selalu mengasihi anak-anaknya. Tapi si kakak sulung tidak mengenal kebaikan bapanya itu. Ketika anak bungsu yang telah hilang itu pulang, dan disambut kembali dan dipestakan oleh sang bapa, si kakak tidak bisa terima. Sementara seisi rumah bersukacita bersama sang bapa yang mendapatkan kembali anaknya yang sudah "mati, " si kakak sulung dengan murung menggerutu di luar. Dengan hati marah berkata kepada bapanya "…telah bertahun-tahun melayani bapa, belum pernah melanggar perintah bapa, tetapi kepadaku belum pernah bapa memberikan seekor anak kambing untuk bersukacita dengan sahabat-sahabatku, tapi si bungsu yang sudah menghamburkan harta bapa itu baru datang, dia dipestakan, dan bapa menyembelih lembu tambun buat dia." Padahal bapanya berkata, segala kepunyaanku adalah kepunyaanmu (Lukas 15:29-31). Si sulung tidak menikmati kebaikan yang bapanya sediakan, sampai dia mengubah pandangannya yang salah. Ketika mata kita salah memandang kepada Bapa di sorga, maka kita gagal meraih kebaikan yang sesungguhnya Dia sediakan bagi kita.

Karena itu kita harus dengan pengenalan yang benar, dan penuh keberanian memandang kepada-Nya bahwa Dia adalah Bapaku yang selalu menyayangi dan mempedulikanku.

Apa yang harus kita tanamkan dalam hati dan hidup kita untuk selalu memiliki keberanian itu?

#1 Jangan takut

Rasa takut dan bimbang adalah kebalikan dari berani. Tuhan tidak memberikan ketakutan. Sebaliknya Iblis menghendaki untuk kita bimbang akan Tuhan. Reaksi alamiah kita ketika menghadapi keadaan yang buruk adalah takut dan khawatir. Sebaliknya Tuhan menghendaki kita jangan takut, jangan khawatir. Mengapa kita cenderung khawatir dan bimbang? Karena tidak yakin Allah pasti menolong. Ya kalau ditolong, ….kalau tidak, nanti bagaimana….? Sudah berharap ternyata gagal, kecewa.

Pengenalan yang benar atas dasar firman dan hubungan yang intim dalam penyembahan dengan penuh penyerahan kepada-Nya akan menghapus pandangan yang salah terhadap Bapa di sorga.

Ketika suatu hari Yesus sedang berkhotbah di pantai, datanglah Yairus, seorang kepala rumah ibadat meminta Yesus untuk menyembuhkan anaknya yang sakit keras. Yesus pun pergi ke rumahnya (Markus 5:24). Namun di tengah jalan, orang yang menyusul Yairus memberitahukan bahwa anak itu sudah mati.

Ketika Yesus masih berbicara datanglah orang dari keluarga kepala rumah ibadat itu dan berkata: "Anakmu sudah mati, apa perlunya lagi engkau menyusah-nyusahkan Guru?" Tetapi Yesus tidak menghiraukan perkataan mereka dan berkata kepada kepala rumah ibadat: "Jangan takut, percaya saja!" (Markus 5:35-36)

Yairus yang menyembah Yesus, memegang perkataan Yesus. Anaknya yang sudah mati pun dibangkitkan kembali. Keadaan ini tidak akan terjadi ketika bimbang dan takut.

#2 Tetap ikuti Jalan-Nya

Dalam pergumulan yang berat dan ketidakpastian akan berapa lama keadaan itu harus dia tempuh, Ayub bulat hati untuk tetap mengikuti jalan Tuhan. Tetapi apa yang dikatakan Ayub menghadapi kenyataan buruk yang menimpanya?

"Karena Ia tahu jalan hidupku; seandainya Ia menguji aku, aku akan timbul seperti emas. Kakiku tetap mengikuti jejak-Nya, aku menuruti jalan-Nya dan tidak menyimpang. " (Ayub 23:10-11)

Tuhan mau agar kita terus mengikuti jejak-Nya. Jangan berhenti, jangan menyimpang, kebaikan-Nya sedang datang. Karena Dia telah menyediakan-Nya di depan. Kita hanya perlu terus melangkah dan tekun. Upah ketekunan dan kesetiaan sudah tersedia. Tahun Ayin adalah masa kita menuai buah ketekunan dan kesetiaan. Apa yang Ayub tuai? Temukan sendiri dalam Ayub 42

#3 Akuilah Dia

Allah adalah Bapa kita yang baik. Dia senantiasa baik. Tidak ada yang jahat di dalam diri-Nya. Tidak ada rancangan jahat bagi kita di hati-Nya. Tidak ada hal yang "buruk" yang diizinkan-Nya menimpa kita, tanpa persetujuan-Nya, dan semua itu tujuannya adalah untuk mengangkat kita naik level ke tingkat berikut-Nya, dan meraih kebaikan-Nya.

Ketika menghadapi masalah, ketika keadaan sulit, yang harusnya kita akui bukanlah masalah. Bukanlah betapa sulitnya keadaan yang kita alami. Akuilah, bahwa melalui hal ini kita melihat mukjizat-Nya dinyatakan. Akuilah Allah. Katakanlah kepada Allah, betapa hebat perbuatan-Nya yang ajaib. Betapa besar-Nya Dia bagi hidup Saudara. Betapa Saudara mempercayai dan mengandalkan-Nya. Perkatakanlah iman. Apa yang firman janjikan. Akuilah, bahwa Bapa di sorga setia dengan tiap janji-Nya.

Katakanlah kepada Allah: "Betapa dahsyatnya segala pekerjaan-Mu; oleh sebab kekuatan-Mu yang besar musuh-Mu tunduk menjilat kepada-Mu." (Mazmur 66:3)

Ketika kita mempraktekkan ketiga hal di atas, dan tekun melakukannya, pasti Saudara menuai buahnya. Kasih karunia-Nya sedang dicurahkan melimpah atas kita di musim Ayin Gimel ini. Raih dan alami. Pastikan, Saudara adalah orang yang akan mengalami penggenapannya, dan menyampaikan kesaksiannya kepada banyak orang. Amin.

Sumber