Alkitab (Pengajaran Dasar GBI)

Dari GBI Danau Bogor Raya
Revisi sejak 10 Mei 2021 14.53 oleh Leo (bicara | kontrib) (typo)
Lompat ke: navigasi, cari

Pengakuan Iman Gereja Bethel Indonesia yang pertama dikatakan bahwa:

"Aku percaya bahwa: Alkitab, Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru adalah firman Allah yang diilhamkan oleh Roh Kudus".

A. Pendahuluan

Dalam pembahasan mengenai Alkitab ini, akan diuraikan pengertian dari pengakuan iman tersebut yang mencakup pembahasan mengenai penyataan Allah yang bersifat progresif, penyataan umum dan khusus, makna dari pengilhaman Alkitab oleh Roh Kudus, kanon alkitab, otoritas Alkitab, iluminasi dan interpretasi Alkitab, dan pemberitaan firman Allah dalam gereja.

B. Penyataan Allah

Iman Kristen menyatakan bahwa Allah memiliki beberapa cara untuk menyatakan/mewahyukan diri-Nya kepada manusia. Tanpa penyataan/pewahyuan diri ini, Allah akan tetap terselubung dan tertutup, serta tidak pernah dapat dikenal manusia. Dari dirinya sendiri, ciptaan tidak akan pernah memiliki kemampuan untuk mengerti penciptanya. Dalam kebaikan dan hikmat-Nya, Allah menyatakan diri-Nya, kepribadian-Nya, hubungan-Nya dengan manusia, dan rencana keselamatan-Nya bagi manusia. Inilah sebabnya kita dapat mengenal-Nya.

1. Penyataan progresif

Alkitab melukiskan penyataan Allah yang progresif (progressive revelation), yang berarti bahwa secara bertahap Allah menyatakan diri dan tujuan penebusan-Nya hingga mencapai kepenuhan dalam Kristus. Alkitab memuat catatan pengungkapan Allah secara bertahap dalam waktu yang lama melalui sejarah orang Ibrani hingga tiba saatnya la menyatakan diri sepenuhnya melalui Anak-Nya. Dalam Yesus Kristus penyataan diri Allah mencapai puncaknya. Penyataan sebelumnya belum penuh, tetapi kita tidak meremehkan dan melenyapkan makna dan pentingnya penyataan- penyataan yang terdahulu. Tiap pengungkapan kebenaran cukup dan memadai pada tahap diberikannya. Penyataan-penyataan sesudahnya dibangun dan melengkapi yang sebelumnya. Karena itu suatu pernyataan dalam Alkitab harus ditafsirkan dalam terang seluruh wahyu Alkitab. Ajaran awal dan ajaran yang lebih akhir saling menjelaskan.

2. Penyataan umum dan khusus

Alkitab menyaksikan adanya dua macam penyataan: umum dan khusus. Keduanya datang dari Allah, bersifat supranatural dan saling melengkapi.

  1. Penyataan Umum (General Revelation)
  2. Disebut "umum" karena diberikan kepada semua manusia, tidak dikhususkan kepada suatu bangsa saja. "Umum" juga berarti luas, tidak khusus dan spesifik. Penyataan umum ini terjadi melalui ciptaan dan hati nurani.

    1. Melalui Ciptaan.
    2. Allah berbicara kepada manusia melalui seluruh ciptaan-Nya. Jagat raya dan bumi ini menyatakan kemuliaan dan kesempurnaan Allah (Maz 19:2). Siang malam jagat raya ini menyaksikan kuasa dan kebesaran Allah. Menurut Paulus, melalui ciptaan-Nya, Allah memuaskan hati manusia dengan makanan dan kegembiraan; dan melalui ciptaan-Nya pula la dapat dikenal manusia.

      “Dalam zaman yang lampau Allah membiarkan semua bangsa menuruti jalannya masing-masing, namun la bukan tidak menyatakan diri-Nya dengan berbagai-bagai kebajikan, yaitu dengan menurunkan hujan dari langit dan dengan memberikan musim-musim subur bagi kamu. la memuaskan hatimu dengan makanan dan kegembiraan" (Kis 14:16-17)

      “Sebab apa yang tidak nampak dari padaNya, yaitu kekuatanNya yang kekal dan keilahian-Nya, dapat nampak kepada pikiran dari karyaNya sejak dunia diciptakan, sehingga mereka tidak dapat berdalih” (Rom 1:20).

    3. Melalui Hati nurani.
    4. Allah menciptakan manusia menurut gambar-Nya (Kej 1 :26). Jadi pada tiap orang terdapat rupa Allah. Itulah sebabnya dalam batas- batas tertentu manusia dapat mengenal kehendak Allah bila la menyatakan kehendak-Nya itu. Paulus mengatakan bahwa hukum moral Allah ada dalam hati manusia.

      “Apabila bangsa-bangsa lain yang tidak memiliki hukum Taurat oleh dorongan diri sendiri melakukan apa yang dituntut hukum Taurat, maka, walaupun mereka tidak memiliki hukum Taurat, mereka menjadi hukum Taurat bagi diri mereka sendiri. Sebab dengan itu mereka menunjukkan, bahwa isi hukum Taurat ada tertulis di dalam hati mereka dan suara hati mereka turut bersaksi dan pikiran mereka saling menuduh atau saling membela” (Rom 2:14-15).

      Jadi manusia memiliki pencerahan moral. Hati nurani kita akan menuduh bila kita berbuat salah. Adanya hati nurani yang tertanam dalam diri manusia menunjuk kepada Allah yang memiliki moral.

      Namun dosa meredupkan suara hati nurani ini. Sebagai akibatnya hati nurani tidak memadai sebagai pembimbing. Karena dosa ada dalam diri seorang manusia, sikap dan tingkah lakunya mungkin menyatakan sikap dan pandangan masyarakat yang mungkin bertentangan dengan hukum moral universal yang telah ditulis dalam hatinya.

      Bagi seorang Kristen, Roh Kudus dan firman Allah adalah sumber hati nurani yang benar, yang menyebabkannya dapat membedakan mana yang benar dan mana yang salah, yang baik dan yang jahat. Hanya Roh Kudus dan firman Allah yang dapat menerangi hati nurani manusia hingga tepat sesuai kehendak Allah.

    Ada filosof-filosof yang dengan menggunakan pikirannya dapat mencapai pencerahan tertentu setelah mengamati kedua macam penyataan umum ini. Pengertian tentang Allah seperti ini tentunya hanya mencakup hakekat Allah yang umum, seperti kuasa-Nya yang besar (melihat ciptaan yang hebat), hikmat-Nya yang luar biasa (keteraturan benda-benda alam) serta sifat moral-Nya. Teisme, yang merupakan hasil pencerahan manusia dari penyataan umum, merupakan hasil akhir dari spekulasi filosofis. Berbeda dengan kekristenan, banyak agama lain juga merupakan hasil dari penyataan umum ini.

    Walaupun Allah menyatakan diri dan kehendak-Nya melalui ciptaan dan hati nurani, pikiran kebanyakan orang dibutakan terhadap wahyu ini. Inilah keadaan manusia: mereka mengenal kuasa dan kesempurnaan Allah melalui ciptaan-Nya, mereka mengetahui kehendak Allah melalui hukum yang ditulis dalam hati nurani mereka; tetapi mereka tidak mengakui, menghormati dan bersyukur pada-Nya. Sebaliknya mereka menghina Allah, hidup menentang kehendak-Nya (Rom 1:18-23) dan buta rohani. Inilah sebabnya manusia tidak dapat berdalih dan bertanggung jawab atas dosa mereka (Kis 17:24-31).

    Penyataan umum ini tidak memadai untuk membawa manusia kepada keselamatan. Doktrin-doktrin besar iman Kristen (Allah tritunggal, kematian dan kebangkitan Kristus yang membawa penebusan, karya Roh Kudus dalam pertobatan, pengudusan dan pemberian karunia untuk pelayanan, serta sorga dan neraka) tidak dapat dimengerti dari penyataan umum. Bagi orang Kristen, ada penyataan yang jauh lebih bermakna dan unik, yaitu penyataan khusus melalui Alkitab.

  3. Penyataan Khusus (Special Revelation)
  4. Penyataan ini bersifat personal dari satu pribadi ke pribadi lain. Di sini Allah menyatakan diri-Nya untuk tujuan penebusan, suatu penyataan kepada manusia. Penyataan ini bukan dalam kebenaran abstrak. Allah dalam Alkitab bukanlah seperti Allah nya para filosof, tetapi Allahnya Abraham, Ishak dan Yakub yang menyatakan diri sebagai juru selamat dan pembimbing manusia dalam perjalanan hidupnya. Penyataan khusus ini diberikan melalui Alkitab.

    Alkitab, yang terdiri dari Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru, adalah firman Allah yang merupakan penyataan Allah bagi manusia; dan berisi catatan tentang tindakan dan perkataan-Nya, serta rencana-Nya menebus manusia melalui Kristus dan Roh Kudus-Nya.

    Penyataan khusus ini bersifat historis yang berarti bahwa Allah bertindak dalam sejarah, dalam waktu dan tempat tertentu, kepada suatu bangsa yang khusus bangsa lsrael. Allah menyatakan diri sebagai Allah yang terlibat dalam sejarah manusia seperti pada peristiwa banjir besar, keluarnya orang Israel dari tanah Mesir, pemberian Dasa Titah (sepuluh perintah Allah), pengasingan ke Babilon serta dalam kematian dan kebangkitan Kristus.

    Paulus menegaskan bahwa Kristus mati, dikubur dan dibangkitkan pada hari ketiga (1 Kor 15:3-4) yang terjadi dalam sejarah. la kemudian mengatakan bahwa tanpa fakta ini, pemberitaan Injil tidak memiliki arti dan iman orang Kristen sia-sia (ay 14-18).

    Dalam Alkitab tampak nyata beberapa cara Allah menyatakan diri-Nya:

    1. Melalui providensia-Nya.
    2. Providensia Allah berarti bahwa la adalah pengatur dan pemelihara dunia ini. Orang Israel meyakini hal ini. Mereka tahu bahwa Allah lah yang mengeluarkan mereka dari Mesir menuju Kanaan, negeri yang penuh susu dan madu. Berkali-kali nabi-nabi Allah mengingatkan orang Israel, bahwa bila mereka memberontak dan meninggalkan-Nya untuk menyembah berhala maka celaka akan menimpa mereka. Bencana yang menimpa orang Israel bukanlah hanya bencana alam biasa tetapi merupakan hukuman Allah terhadap dosa, suatu peristiwa pewahyuan.

      Demikian pula kemakmuran suatu bangsa ada dalam tangan Allah. Allah yang menaikkan dan menurunkan suatu bangsa. Allah yang bertindak terhadap bangsa-bangsa sesuai perbuatan mereka (Mesir, Kel 9:13-17; Asyur, Yes 10:12-19). Pemerintahan Allah menegaskan bahwa "Kebenaran meninggikan derajat bangsa, tetapi dosa adalah noda bangsa" (Ams 14:34).

      Secara umum, penyataan melalui providensia Allah menegaskan bahwa Allah menghendaki dan memberkati kebaikan, menghukum kejahatan, serta selalu peduli pada dunia yang diciptakan-Nya (Yes 45:12, 48:12-13,17-19, 52:9-11). Prinsip ini bukan saja berlaku bagi bangsa-bangsa tetapi juga bagi tiap pribadi manusia. Berkali-kali Allah menyatakan perkenanan, perlindungan dan menurunkan berkat-Nya kepada mereka yang takut dan taat kepada-Nya (2 Taw 15:2, 16:9, Ul 28, Ul 32:10-11, Maz 34:8, Maz 37:23-26, Maz 46:2-4).

    3. Melalui mujizat.
    4. Biasanya Allah bekerja melalui hukum alam yang telah ditetapkan-Nya. Ketika Allah mengatasi hukum alam, suatu mujizat terjadi. Jadi mujizat adalah tindakan Allah yang khusus. Dalam Alkitab, tindakan Allah yang luar biasa seperti ini menyatakan kehadiran Allah, kuasa-Nya dan rencana penebusan- Nya. Mujizat seperti kesembuhan orang yang sakit dan kebangkitan orang yang telah mati menunjukkan kemurahan hati- Nya.

      Makna sesungguhnya dari mujizat yang dilakukan Kristus bukanlah hanya menggambarkan kuasa-Nya tetapi juga menyatakan pribadi dan tujuan kedatangan-Nya. Kebangkitan Lazarus memberi makna kepada kata-kata-Nya: "Akulah kebangkitan dan hidup; barangsiapa percaya kepadaKu, ia akan hidup walaupun ia sudah mati" (Yoh 11:25), dan peristiwa orang buta yang dicelikkan matanya memberi makna kata-kata "Akulah Terang Dunia" (Yoh 9:5).

    5. Melalui komunikasi dan manifestasi langsung oleh Roh Kudus.
    6. Ada saat-saatnya Allah berbicara langsung kepada manusia dengan suara yang terdengar (Kej 2:16-17, Kej 3:8-19, Kel 19:9, Kis 23:11). Kadang-kadang Allah juga menampakkan hadirat-Nya melalui benda-benda alam seperti asap (Kej 15:17), badai (Ayub 38:1, Ayub 40:1), atau melalui mimpi ketika seorang sedang tidur dan visi dengan mata terbuka (Bil 12:6, Yoel 2:28, Amos 7-9). la juga menampakkan diri dalam bentuk manusia kepada Abraham di Mamre (Kej 18:1) dan kepada Musa melalui semak yang menyala (Kel 3:2).

      Pewahyuan juga diberikan melalui kesaksian Roh Kudus dalam hati. Dalam PB, Roh Kudus digambarkan sebagai Roh yang memberi pewahyuan dan iluminasi/penerangan (Mar 13:11, Luk 12:12, Yoh 14:16-17, Kis 6:10). Sebagai akibat pencurahan Roh Kudus, Allah berkomunikasi kepada umat-Nya yang dipenuhi dengan Roh-Nya melalui visi, mimpi dan ungkapan profetis (Kis 2:17-18). Sesuai janji Yesus, sampai sekarang pun Roh Kudus tetap "mengajarkan segala sesuatu kepadamu dan akan mengingatkan kamu akan semua yang telah Kukatakan kepadamu" (Yoh 14:26).

    7. Melalui Kristus.
    8. Pewahyuan Allah mencapai puncaknya dalam Yesus Kristus (Ibr 1:1-2). Semua penyataan Allah bertujuan untuk mengungkapkan pribadi dan pelayanan Kristus yang unik, dan sepenuhnya mengungkapkan Allah. “Tidak seorang pun yang pernah melihat Allah tetapi Anak Tunggal Allah, yang ada di pangkuan Bapa, Dialah yang menyatakan-Nya” (Yoh 1:18). Dengan kedatangan Kristus, pewahyuan mengambil bentuk pribadi. Yesus Kristus sendiri adalah Allah dalam daging. Melihat Dia, manusia melihat Allah. Dalam Dia kehadiran Allah nyata, ajaran-Nya memberi pengetahuan yang benar akan Allah; la bukan saja menyatakan kebenaran, la adalah kebenaran itu sendiri.

    9. Melalui Alkitab.
    10. Alkitab memuat semua penyataan Allah. Makna penyataan Allah tidak mungkin didapat sepenuhnya di luar Alkitab. Melalui PL kita mengerti wahyu Allah dalam alam dan sejarah serta melalui ungkapan para nabi. Melalui PB kita mengerti wahyu Allah dalam kehidupan dan pelayanan Kristus. Kita mendapatkan bahwa pewahyuan Allah dikenali bukan saja dari peristiwa-peristiwa sejarah dan peristiwa-peristiwa dalam hidup Kristus, tetapi juga melalui interpretasi dari peristiwa-peristiwa itu oleh para penulis Alkitab.

      Jadi Alkitab, yang terdiri dari 39 buku PL dan 27 buku PB, adalah catatan dari peristiwa-peristiwa itu serta interpretasinya yang diinspirasi oleh Roh Kudus. Melalui Alkitab kita memperoleh iman yang membawa kita pada penebusan.

C. Inspirasi

Alkitab adalah firman Allah yang berbicara kepada manusia. Kita percaya bahwa Alkitab adalah saksi utama tentang Allah. Alkitab diinspirasi/diilhamkan Allah (Grika: theopneustos; Inggris: God breathed = diiihamkan, dinafasi Allah, 2 Tim 3:16) yang berarti bahwa orang-orang kudus ketika menulis digerakkan oleh Roh Kudus sendiri. Tetapi para penulis ini juga memiliki peran aktif dalam penulisan Alkitab.

Mereka tidak hanya berperan sebagai alat pencatat. Sama seperti Kristus yang datang ke bumi ini sepenuhnya Allah dan sepenuhnya manusia, demikianlah pula Alkitab yang sepenuhnya adalah firman Allah tetapi juga merupakan kata-kata manusia yang menulisnya.

Istilah "inspirasi" ( theopneustos = dinafasi Allah) menggambarkan proses terjadinya Alkitab yang merupakan karya Roh Allah yang kreatif. Walaupun manusia yang menulis, Roh Kudus yang menentukan isi dan sifat Alkitab. Karena dinafasi Allah inilah maka Alkitab sepenuhnya dapat dipercaya untuk iman dan kehidupan. Jadi arti inspirasi di sini sangat berbeda dengan para penulis novel yang menerima "inspirasi" untuk menuliskan novel mereka.

1. Reliabel dan infalibel

GBI sepenuhnya menerima ke 66 buku dalam Alkitab sebagai diilhami oleh Roh Allah. Pernyataan ini mengakui Alkitab sebagai wahyu Allah yang reliabel dapat dipercaya (reliable revelation of God). Dalam pernyataan ini diyakini pula bahwa Alkitab infalibel (infallible) tidak mungkin bisa salah. Tidak mungkin Alkitab membimbing manusia ke arah yang salah. Penulisan Alkitab oleh manusia yang berdosa tidak mengurangi infalibilitas Alkitab karena asalnya yang ilahi, dan karena otoritas Roh Allah yang menginspirasinya. Istilah lain yang digunakan untuk infallibility Alkitab adalah Inerrancy (Alkitab tanpa error/salah). Inerrancy memberi kesan yang lebih mutlak.

Bila dikatakan Alkitab tanpa salah, yang dimaksudkan adalah tulisan asli (autographs = otograf) dari para nabi, rasul dan penulis lainnya. Tulisan asli ini tentunya telah usang dan rusak setelah dipakai untuk jangka waktu yang lama dan harus disalin tangan berulang kali oleh para ahli Taurat. Tentunya tidak dapat dipungkiri adanya variasi ketika menyalin tulisan yang panjang sekali seperti Alkitab. Tetapi ternyata perbedaan dalam salinan- salinan itu hanyalah minor dan tidak menyimpangkan jalan keselamatan manusia.

2. Inspirasi sepenuhnya (full inspiration)

Inspirasi sepenuhnya Alkitab berarti Roh Kudus bukan saja membimbing para penulis dengan buah pikiran (ide-ide) yang dikehendaki-Nya tetapi juga pada pemilihan kata-katanya. Allah dan firman-Nya bersatu dengan kata-kata manusia dalam Alkitab. Kata-kata paling tepat yang diperlukan untuk mengekspresikan buah pikiran juga diinspirasi Roh Kudus: "... tetapi oleh dorongan Roh Kudus orang-orang berbicara atas nama Allah” (2 Pet 1:21).

Ini tidak berarti bahwa para penulis Alkitab hanyalah alat yang pasif dan individualitas mereka lenyap. Yang benar adalah Roh Kudus menggunakan berbagai kemampuan dan latar belakang para penulis untuk menuliskan Alkitab.

Karena pengaruh langsung dari Roh Kudus, pemilihan kata para penulis menyatakan kebenaran tepat seperti yang dikehendaki Allah. Inilah makna inspirasi kata-kata (verbal inspiration) dan inspirasi penuh (plenary inspiration) mutlak dan tanpa pengecualian, tidak ada bagian Alkitab yang bukan firman Allah, dan dengan demikian tidak ada bagian yang dapat dikeluarkan dari Alkitab). Jadi kata-kata dalam Alkitab sepenuhnya dapat dipercaya (reliabel) dan tanpa salah (infalibel) karena Roh Kudus berada di dalam dan di belakang manusia penulis yang taat dan setia kepada-Nya dalam menuliskan kebenaran Allah.

Karena inspirasi verbal dan penuh ini maka kita meyakini Alkitab sebagai dokumen ilahi. Tiap kata (dalam otografnya) dapat memiliki makna yang dalam. Keyakinan seperti ini sangat penting pada waktu seseorang menafsirkan Alkitab, terutama ketika menggunakan analisa teks dari eksegesis.

Alkitab juga dapat dipercaya walaupun kita mengakui bahwa ada kesukaran untuk menyelaraskan pernyataan-pernyataan di dalamnya. Infalibilitas dan reliabilitas Alkitab tidak tergantung pada kemampuan manusia untuk menyelaraskan segala yang tertulis di dalamnya. Ketepatan Alkitab tidak berkurang walaupun kita mengakui belum dapat mengatasi semua kesulitan dalamnya. Kemampuan dan pengertian kita sangatlah terbatas. Pengakuan seperti ini lebih baik daripada sekadar mencoba secara dangkal mengharmoniskan pernyataan-pernyataan di dalamnya. Memang penelitian arkeologis sudah banyak membantu untuk memberi pengertian pada bagian-bagian Alkitab yang sulit dimengerti atau sulit diselaraskan dengan bagian lainnya, tetapi belum sepenuhnya terselesaikan.

D. Kanon Alkitab

Mempelajari kanon Alkitab (proses bagaimana Alkitab sampai menjadi Alkitab) meyakinkan kita akan keunikan dan superioritas Alkitab yang bukan merupakan koleksi kumpulan kitab biasa. Roh Kudus-lah pengarang, penjaga dan pemelihara Alkitab. la juga yang menggerakkan Gereja Tuhan untuk menerima, mengumpulkan dan mengakui ke 66 buku dalam Alkitab sebagai firman Allah.

Kata "kanon" berasal dari bahasa Grika "kanon" yang berarti "tongkat" atau "tongkat pengukur," dan biasa dipakai sebagai norma atau standar untuk menilai sesuatu (2 Kor 10:13-15, Gal 6:16). Di abad kedua, orang-orang Kristen sudah mengerti pemakaian kanon sebagai buku-buku yang menjadi sumber doktrin dan aturan atau standar hidup. Jadi kanon Alkitab berarti semua buku dalam PL dan PB yang diyakini sebagai firman Allah karena secara unik telah diilhami Roh Kudus.

Sebelum buku-buku dalam Alkitab itu diakui sebagai memiliki otoritas, buku-buku itu sendiri sejak awal telah berotoritas. Pada saatnya gereja hanyalah mengakui otoritas yang telah diakui umat Allah secara luas. Jadi yang menyebabkan suatu buku diterima sebagai bagian Alkitab adalah Roh Kudus yang memberikan otoritas-Nya pada tulisan itu. Gereja hanyalah mengakui apa yang telah diinspirasi Roh Kudus.

E. Otoritas Alkitab

Allah adalah pencipta seluruh jagad raya. Karena la adalah pencipta, la tahu sepenuhnya dan setepatnya kebutuhan ciptaan- Nya. Dia jugalah yang mendesain dan menciptakan manusia. Khusus untuk mahkota ciptaan-Nya, manusia, Allah memberikan Alkitab; sebuah buku petunjuk (manual) agar dengan menaatinya manusia memiliki keselamatan dan kehidupan yang sepenuhnya, yang sesuai dengan desain Allah.

Karena Alkitab adalah firman Allah, ia memiliki otoritas yang dari Allah. Otoritas Alkitab ini berarti bahwa:

  1. Alkitab tidak mungkin salah. Alkitab adalah karya Allah, dan Allah adalah sumber kebenaran dan segala yang benar. Dengan demikian manusia dapat mempercayai sepenuhnya apa yang tertulis dalam Alkitab.
  2. Alkitab adalah penyataan Allah. Dalam Alkitab Allah menyatakan diri-Nya. Dengan demikian untuk mengenal Allah, manusia tidak perlu ragu-ragu berpaling kepada Alkitab. Tidak ada penyataan lain tentang Allah, selain dalam Anak-Nya sendiri Yesus Kristus yang lebih tinggi atau lebih tepat daripada Alkitab.
  3. Alkitab mencapai maksud dan tujuan utamanya yaitu keselamatan manusia. Dengan menaati Alkitab, maka manusia menaati Allah yang telah memberikan Anak-Nya, Kristus, bagi keselamatan manusia. Manusia yang bertuhankan Kristus, seperti yang diajarkan Alkitab, pasti menerima anugerah keselamatan kekal.
  4. Alkitab menjamin Allah mau dan berkuasa memenuhi segala janji yang tertulis di dalamnya. Di balik segala janji dan penyataan yang tertulis dalam Alkitab adalah Allah yang tidak pernah mengingkari janji-Nya, Allah Yang Mahakuasa yang tidak pernah kekurangan kemampuan untuk menggenapi janji-Nya.
  5. Alkitab adalah cukup. Alkitab tidak boleh dan tidak perlu ditambah lagi ataupun dikurangi. Alkitab mampu menjawab segala kebutuhan manusia akan Allah dan segala pertanyaan mengenai kehendak-Nya bagi manusia.
  6. Alkitab adalah terang. Dengan hidup sesuai Alkitab, manusia tidak akan berjalan dalam kegelapan. la tidak perlu meraba-raba untuk mencari kehidupan yang baik. Tidak ada kehidupan yang lebih baik bagi manusia daripada yang ditawarkan Alkitab.

F. Iluminasi dan interpretasi Alkitab

Di samping pengarang dan pemelihara Alkitab, Roh Kudus juga adalah penafsir Alkitab. la jugalah yang memberi iluminasi (menyinari dan memberikan terang-Nya) pada Alkitab sehingga dapat dimengerti manusia. Kita mengakui bahwa hanya pada Roh Kudus-lah kita bergantung untuk mengerti Alkitab. Melalui karya Roh Kudus dalam hati manusia, kata-kata para nabi dan rasul dapat dimengerti dan dimiliki secara pribadi. Iluminasi Roh Kudus menyebabkan kata-kata dalam Alkitab menjamah hati kita.

1. Iluminasi Alkitab

Kebenaran ilahi dapat datang pada kita melalui nyanyian, kesaksian, khotbah atau melalui karunia rohani, tetapi semua cara itu membawa kita kembali kepada firman yang tertulis. Firman dan Roh tidak dapat dipisahkan. Roh Kudus menggunakan Alkitab untuk membawa kita pada kebenaran Allah yang menyelamatkan. Kita dibimbing oleh iman kepada Yesus Kristus, dan dengan demikian kepada keselamatan kekal, hanya bila Roh Kudus bekerja melalui firman-Nya dalam hati kita.

Firman Allah tidak dapat bekerja sendiri tanpa Roh Kudus. Penggenapan Yes 55:11 dan Ibr 4:12 hanya dapat terlaksana bila diterangi Roh Kudus: "Demikianlah firmanKu yang keluar dari mulutKu: ia tidak akan kembali kepadaKu dengan sia-sia, tetapi ia akan melaksanakan apa yang Kukehendaki, dan akan berhasil dalam apa yang Kusuruhkan kepadanya" (Yes 55:11).

“Sebab firman Allah hidup dan kuat dan lebih tajam dari pada pedang bermata dua manapun; ia menusuk amat dalam sampai memisahkan jiwa dan roh, sendi-sendi dan sumsum; ia sanggup membedakan pertimbangan dan pikiran hati kita” (Ibr 4:12).

Tanpa Roh Kudus huruf-huruf dalam Alkitab hanyalah merupakan huruf-huruf mati. Tetapi dengan Roh-Nya Allah memberi kehidupan, kuasa dan terang-Nya pada firman yang tertulis itu yang kemudian mengubah kehidupan manusia. Jadi peran Roh Kudus untuk memberi iluminasi dan interpretasi ilahi pada firman tertulis itu tidak bisa ditiadakan atau digantikan dengan apapun. Hanya melalui pencerahan/iluminasi Roh Kudus kita dapat mengerti kebenaran dan kehendak Allah.

Peran Roh Kudus juga mutlak diperlukan dalam pemberitaan firman/khotbah. Pengertian akan berita ilahi yang disampaikan melalui khotbah datang dari iluminasi Roh Kudus. Pemberitaan ini hanya efektif bila diterangi oleh Roh Kudus melalui pewahyuan rahasia Allah oleh Roh-Nya dan karya anugerah-Nya dalam hati seorang manusia menyebabkan pikiran manusia dapat mengerti firman yang diberitakan itu.

Jadi Roh Kudus adalah guru dan pewahyu agung juga, maka hanya la saja yang dapat melenyapkan selubung yang menutupi mata hati seorang manusia sehingga ia dapat melihat kebenaran Allah yang tertulis dan yang dikhotbahkan (2 Kor 3:15-17).

Bahkan sampai pada hari ini, setiap kali mereka membaca Kitab Musa, ada selubung yang menutupi hati mereka. Tetapi apabila hati seseorang berbalik kepada Tuhan, maka selubung itu diambil dari padanya. Sebab Tuhan adalah Roh; dan di mana ada Roh Allah, di situ ada kemerdekaan.

Hanya terang dari Roh Kudus yang dapat mengusir kegelapan dan membukakan rahasia dari hal-hal yang tersembunyi dari Allah. Karena kepada kita Allah telah menyatakannya oleh Roh, sebab Roh menyelidiki segala sesuatu, bahkan hal-hal yang tersembunyi dalam diri Allah.

“Siapa gerangan di antara manusia yang tahu, apa yang terdapat di dalam diri manusia selain roh manusia sendiri yang ada di dalam dia? Demikian pulalah tidak ada orang yang tahu, apa yang terdapat di dalam diri Allah selain Roh Allah” (1 Kor 2:10-11).

Karya Roh Allah dalam hati seorang manusia akan membukakan mata rohaninya, menggerakkan hatinya dan memalingkannya ke arah Allah sehingga ia dapat percaya kepada-Nya. Kemudian kemampuan yang diberikan Roh Kudus jugalah yang menyebabkan orang itu dapat menyelaraskan kehendaknya dengan kehendak Allah.

Tidak mungkin akan ada konflik atau pertentangan antara kesaksian Roh Kudus dan Alkitab. Seorang dapat salah mengartikan bimbingan ilahi atau salah menafsirkan Alkitab, tetapi bimbingan Roh Kudus tidak akan pernah bertentangan dengan bimbingan Alkitab. Roh Kudus memberi kesaksian tentang kebenaran. la tidak akan mewahyukan hal-hal yang bertentangar dengan Alkitab atau yang melecehkan Alkitab. Suatu doktrin atau pengajaran. yang bertentangan dengan Alkitab, menyimpang atau tidak selaras dengar Alkitab, tidaklah datang dari Roh Kebenaran.

2. Tafsir atau interpretasi Alkitab

Bila kita membaca atau mempelajari Alkitab, kita berharap untuk mendengar dari Allah. Tidak ada satu pun metode tafsir Alkitab yang memadai bila melalui metode itu kita tidak mendengar suatu pesan dari Tuhan.

Pendekatan kita untuk menafsir Alkitab disebut "pneumatic" (diterjemahkan sebagai "numatik") yang berarti bahwa seorang penafsir bergantung pada pencerahan Roh Kudus untuk dapat mengerti teks dalam Alkitab. Landasannya adalah apa yang telah diilhamkan/diinspirasi Roh Kudus harus ditafsirkan dengan bimbingan Roh yang sama. Persamaan antara kita dengan para penulis Alkitab adalah iman dalam Yesus Kristus dan berjalan dalam Roh Kudus yang sama yang telah dicurahkan Allah kepada kita juga.

Kita memiliki pandangan yang khas tentang pengenalan Allah. Pengenalan akan Allah bukanlah hanya pengertian intelektual tentang suatu set kebenaran ilahi tetapi suatu hubungan pribadi dengan Dia yang adalah Kebenaran itu dan yang di dalamnya kita hidup. Keyakinan ini sesuai dengan ayat-ayat 1 Kor 2:10-11. Orang beriman dapat mengenal Allah hanya melalui persekutuan dengan Roh. Imannya bukanlah hanya sebatas penerimaan secara intelektual terhadap suatu doktrin Alkitab, tetapi sebagai akibat dari hubungannya dengan Roh Allah.

Pengalaman pribadi ketika kita menerima pencurahan Roh Kudus merupakan suatu pengalaman yang sangat berarti. Kita sadar bahwa kita berbagi dengan para rasul pengalaman pentakosta (Kis 2). Kita menyadari keterkaitan kita di masa kini dengan para rasul di abad pertama. Dengan demikian, seperti mereka, kita juga berani berharap pengalaman hidup sehari-hari dengan Roh Kudus. Sama seperti para rasul bersekutu dengan Allah dan Allah berkenan berbicara kepada mereka setiap harinya, maka kita juga mengharapkan persekutuan yang erat seperti itu dengan Allah dan Allah berbicara pada kita. Bahkan semua karya dan mujizat Roh Kudus yang terjadi di gereja abad pertama, kita harapkan juga terjadi pada masa kini.

Kita meyakini kepekaan terhadap iluminasi Roh Kudus dan pengalaman pribadi kita untuk menolong interpretasi Alkitab walaupun kita menyadari adanya bahaya dalam hal ini seperti:

  • Kita dapat mengaburkan roh kita sendiri (atau roh lainnya) dengan Roh Kudus.
  • Karena seorang penafsir memercayai bimbingan ilahi, ia mudah sekali percaya ia tidak bisa salah dan menganggap karya tafsirannya setingkat dengan Alkitab. la mungkin meyakini tafsirannya didapat dari inspirasi Roh Kudus, infalibel dan berotoritas untuk iman dan hidup sehari-hari. Di sini terjadi bahaya memperoleh tafsiran yang tidak sesuai dengan Alkitab.

    Memang ada orang-orang yang menyatakan diri diinspirasi oleh Roh Kudus, ternyata malah mengajarkan doktrin yang salah. Apa yang mereka anggap sebagai bimbingan Roh ternyata sama sekali bukan dari Roh Kudus. Pendekatan mereka adalah pendekatan subyektif. Mereka gagal membandingkan satu ayat Alkitab dengan ayat-ayat Alkitab lainnya, dan tidak mempelajari bimbingan Roh kepada para penafsir lain sepanjang abad.

    Ada bermacam roh dalam dunia ini dan Alkitab mengajar kita untuk "menguji roh-roh itu."

    “Saudara-saudaraku yang kekasih, janganlah percaya akan setiap roh, tetapi ujilah roh-roh itu, apakah mereka berasal dari Allah; sebab banyak nabi-nabi palsu yang telah muncul dan pergi ke seluruh dunia” (1 Yoh 4:1).

    Kita diperingatkan untuk menjaga agar tidak mengaburkan roh kita atau roh lainnya dengan Roh Kudus. Tak seorang pun memiliki hak untuk memberi penafsiran pribadi tanpa harus mempertanggungjawabkannya. la harus menyelaraskan iluminasi yang diterimanya dengan yang diterima oleh orang-orang beriman sepanjang abad, terutama orang-orang dalam komunitas Pentakosta. Penafsir yang benar juga akan menghindari penafsiran alegoris suatu perikop.

  • Kita tidak dapat menggunakan pengalaman pribadi sebagai landasan tafsiran Alkitab.
  • Doktrin tidak bermula dari pengalaman pribadi tetapi dari mempelajajari Alkitab. Ada tempat bagi pengalaman pribadi tetapi pengalaman pribadi tidak boleh dijadikan landasan atau tumpuan penafsiran. Memang Allah menyatakan Diri-Nya melalui Alkitab dan pengalaman pribadi; tetapi bila pengalaman pribadi ditempatkan di tempat utama, pengalaman ini cenderung menuntut otoritas yang dimiliki Alkitab dan menyisihkan Alkitab sebagai standar kehidupan umat Kristen. Akibatnya ayat-ayat digunakan untuk membenarkan pengalaman pribadi.

    Penafsir yang benar memulai dari teks Alkitab. Kesimpulan yang didapat dari mempelajari dan menafsirkan teks itu dapat dikuatkan atau disangkal oleh pengalaman pribadi. Catatan sejarah dalam Alkitab bukan saja memiliki nilai sejarah tetapi juga sebagai landasan iman Kristen. Dari Kisah Para Rasul kita banyak mendapatkan landasan bagi iman pentakosta.

    Penggunaan prinsip-prinsip tafsir yang tepat sangatlah penting. Ketepatan interpretasi Alkitab meningkat melalui analisa lengkap dari suatu te Alkitab. Mempelajari secara teliti suatu perikop akan membawa kita pada pengertian yang akurat/tepat tentang suatu kebenaran.

    Beberapa prinsip penting tafsir adalah:

    1. Kita menafsirkan suatu perikop secara historis. Kita mempelajari konteks tempat, waktu, maksud penulis perikop tersebut dan maknanya bagi para pembaca perdana.
    2. Kita menafsirkan perikop itu secara gramatis. Kita berusaha mengerti makna kata-kata yang digunakan, konstruksi kalimat, dan tata bahasa yang dipilih penulis.
    3. Kita menafsirkan suatu perikop secara kontekstual (sesuai dengan konteksnya yang lebih luas). Kita mempelajari konteks yang luas dimana suatu perikop diletakkan. Kita membandingkan dan menafsirkan suatu perikop dengan perikop lain, suatu teks dengan teks lain.
    4. Kita mempelajari hasil tafsiran dari para penafsir lain yang percaya akan otoritas Alkitab, yang ditandai dengan integritas pribadi dan kehidupan spiritual yang dalam. Kita tidak akan menganggap tafsir kita yang paling benar. Dengan rendah hati kita akan membandingkannya dengan hasil para penafsir lain. Dengan demikian kita menghindari penafsiran yang bertentangan dengan doktrin-doktrin utama iman Kristen yang diperoleh setelah para penafsir menggumulinya selama berabad-abad.
    5. Pendekatan yang kita gunakan lebih dari sekedar mengaplikasikan prinsip-prinsip tafsir Alkitab untuk mengenali suatu kebenaran. Alkitab tidak dipandang hanya sebagai suatu obyek penelitian tetapi sebagai firman Allah yang hidup, dimana Roh Kudus menilai dan mengoreksi hidup kita untuk membawa kita kepada kebenaran-kebenaran yang mengagumkan dan mengubah hidup kita.

“Sebab firman Allah hidup dan kuat dan lebih tajam dari pada pedang bermata dua manapun; ia menusuk amat dalam sampai memisahkan jiwa dan roh, sendi-sendi dan sumsum; ia sanggup membedakan pertimbangan dan pikiran hati kita” (Ibr 4:12).

“Segala tulisan yang diilhamkan Allah memang bermanfaat untuk mengajar, untuk menyatakan kesalahan, untuk memperbaiki kelakuan dan untuk mendidik orang dalam kebenaran” (2 Tim 3:16).

G. Pemberitaan Firman Allah

Kita meyakini salah satu tugas utama umat Allah adalah memberitakan kerajaan Allah dengan segala kebenarannya. Setelah oleh bimbingan Roh Kudus kita memperoleh pengertian dan tafsir yang benar dari Alkitab, maka dengan sukacita dan dengan segenap hati kita akan memberitakan kebenaran yang telah diberikan Roh Kudus kepada kita ini.

Satu prinsip penting dalam pemberitaan kita agar kita tetap setia pada ajaran Alkitab dan tidak mengajarkan hal-hal di luar Alkitab adalah:

  • Kita akan menyatakan dengan lugas apa yang secara tegas telah diajarkan oleh Alkitab.
  • Tetapi bila Alkitab diam dan tidak memberi penyataan tentang suatu hal, kita juga akan diam; atau kalaupun berbicara, (dengan rendah hati kita akan mengakui pendapat kita hanya sebatas pendapat pribadi, bukan sebagai doktrin atau pengajaran dari Alkitab. Kita tidak akan melakukan kesalahan dengan menambah sesuatu yang tidak ada dalam Alkitab (Why 22:18).
  • Bila suatu hal ditulis sekali atau dua kali saja dalam Alkitab, kita tidak akan membuat pengajaran yang rumit dan kompleks mengenai hal tersebut yang bisa membawa kita kepada penyesatan.

Memang kita mengakui bahwa ada jauh lebih banyak hal yang tidak kita ketahui mengenai Allah dan tindakan-Nya pada manusia daripada yang kita ketahui. Banyak hal mengenai kehidupan kita sendiri pun masih merupakan misteri dan rahasia bagi kita; tetapi kita mengucap syukur untuk seberapapun hal yang telah dinyatakan kepada kita, dan berusaha untuk menaatinya.

“Hal-hal yang tersembunyi ialah bagi TUHAN, Allah kita, tetapi hal- hal yang dinyatakan ialah bagi kita dan bagi anak-anak kita sampai selama-lamanya, supaya kita melakukan segala perkataan hukum Taurat ini” (Ul 29:29).