Mataku tertuju pada-Mu

Dari GBI Danau Bogor Raya
Lompat ke: navigasi, cari
RK.jpgRK.jpg
Renungan khusus
Tanggal29 Oktober 2012
Sebelumnya
Selanjutnya

Di tahun 5773 menurut kalender Ibrani atau tahun Ayin Gimel ini Tuhan ingin membawa umat-Nya naik ke level yang lebih tinggi yaitu memiliki pikiran, perkataan dan kehidupan Kristus sehingga kita akan mengalami kehidupan yang luar biasa di muka bumi ini, kita akan mengalami Kerajaan Allah hadir dan kehendak-Nya terjadi di bumi seperti di Surga. Apakah Saudara rindu mengalami kehidupan yang luar biasa itu? Apakah Saudara rindu Kerajaan Allah datang dan kehendak-Nya jadi di bumi seperti di Surga? Sehingga kita melihat begitu banyak jiwa-jiwa menerima kasih karunia Tuhan dan diselamatkan.

Kuncinya adalah: Mata kita harus senantiasa tertuju kepada Tuhan, mata yang tertuju kepada Tuhan juga mempunyai pengertian mata yang tertuju kepada Firman-Nya atau hidup yang selaras dengan Firman-Nya. Ayin itu artinya mata. Mata Tuhan sedang tertuju kepada kita, Ia hendak menuntun dan memberi nasehat kepada umat-Nya agar kita bisa dipakai sebagai alat-Nya untuk menyatakan kasih dan kuasa-Nya kepada dunia ini serta didapati hidup berkenan pada saat kedatangan-Nya. "Aku hendak mengajar dan menunjukkan kepadamu jalan yang harus kau tempuh; Aku hendak memberi nasihat mata-Ku tertuju kepadamu." (Mazmur 32:8) Respons kita sebagai umat yang percaya kepada Tuhan adalah mata kita juga harus tertuju kepada Tuhan (Mazmur 123:1-2).

Ketika Yesus Kristus ada di dunia ini, pada waktu itu Ia manusia biasa sama seperti kita hanya Ia lahir tidak berdosa dan tidak berbuat dosa. Apa yang membuat Ia berkenan di hati Bapa di Surga dan sanggup melakukan semua kehendak Bapa? Karena mata-Nya selalu tertuju kepada Allah Bapa. Yohanes 5:19, "… Aku berkata kepadamu, sesungguhnya Anak tidak dapat mengerjakan sesuatu dari diri-Nya sendiri, jikalau tidak Ia melihat Bapa mengerjakannya; sebab apa yang dikerjakan Bapa, itu juga yang dikerjakan Anak." Apa yang Ia lihat dan apa yang Ia dengar dari Bapa itulah yang Ia lakukan sehingga Ia berkenan di hati Bapa. Yesus berkata, "Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya barangsiapa percaya kepada-Ku, ia akan melakukan juga pekerjaan-pekerjaan yang Aku lakukan, bahkan pekerjaan-pekerjaan yang lebih besar dari pada itu. Sebab Aku pergi kepada Bapa" (Yohanes 14:12).

Ada dua hal yang penting agar mata kita senantiasa tertuju kepada Tuhan:

#1 Jangan padamkan kasih

Yesus datang kedunia untuk menyelamatkan manusia yang sudah berdosa, karena begitu besar kasih-Nya kepada kita semua.

Yohanes 3:16, "Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal." Seperti halnya sepasang kekasih yang dipenuhi oleh hasrat cinta maka mata yang saling memandang diantara mereka menjadi suatu moment yang sangat mengesankan dan membuat keintiman diantara mereka akan semakin dalam. Demikian juga antara kita dengan Tuhan, hasrat kita akan Tuhan membuat kita semakin dekat dengan Tuhan dan akan membuat kita semakin haus dan lapar akan kebenaran. Jangan padamkan kasih, jangan sampai kehilangan kasih yang semula dengan Tuhan karena Ia menginginkan suatu hubungan yang intim dengan kita.

Kita bisa melihat kerinduan Tuhan ini semenjak awal penciptaan manusia. Mengapa Allah menempatkan manusia di Taman Eden? Adam tidak diciptakan untuk memiliki pelayanan berskala dunia, ia tidak ditempatkan di Taman Eden untuk membangun gedung pencakar langit, ia ditempatkan di Taman Eden untuk bersekutu dengan Allah yang hidup. Dari persekutuan tersebut mungkin saja akan muncul pelayanan yang berskala dunia dan lain-lain.

Kemanakah Musa dan bangsa Israel setelah keluar dari Mesir? Mereka tidak langsung masuk Tanah Perjanjian, melainkan dipimpin oleh Musa ke padang gurun; lalu ke gunung Horeb (Gunung Allah). Firman Allah kepada Firaun, yang disampaikan oleh Musa adalah: "Biarkanlah umat-Ku pergi, supaya mereka beribadah kepada-Ku di padang gurun" (Keluaran 7:16). Tidak ada alasan bagi Musa untuk membawa bangsa Israel ke Tanah Perjanjian tanpa berjumpa dahulu dengan Yang Menjanjikan. Tuhan tidak menghendaki yang demikian bagi umat-Nya, jika mereka dibawa ke Tanah Perjanjian tanpa pewahyuan Allah, maka mereka akan membuatnya menjadi tempat penyembahan berhala.

Pertemuan dengan Allah di gunung Horeb telah mengubah Musa, Tuhan menampakkan diri kepadanya dalam nyala api ditengah-tengah semak duri. Ketika Musa melihat semak duri itu tidak terbakar ia berkata, "Baiklah aku menyimpang ke sana memeriksa penglihatan yang hebat itu. Mengapakah tidak terbakar semak duri itu? Ketika dilihat Tuhan bahwa Musa menyimpang untuk memeriksanya, berserulah Allah dari tengah-tengah semak duri itu kepadanya: "Musa, Musa! Dan ia menjawab: "Ya Allah" (Keluaran 3:3-4). Tidak ada sesuatu yang terjadi antara Musa dan Allah sampai Musa menyimpang untuk mendekati hadirat Allah, dan melalui kejadian tersebut Musa mengerti bahwa bangsa Israel perlu menerima pewahyuan dari Allah melalui pengenalan akan Tuhan dengan benar.

Apa yang sering terjadi di dalam gereja hari-hari ini? Untuk mendekatkan jemaat kepada Allah maka khotbah-khotbah lebih mengkomunikasikan janji-janji berkat dan pemeliharaan Allah, bukan memberitakan tentang sifat, karakter Yesus dan pengorbanan-Nya yang layak ditiru. Khotbah-khotbah yang memotivasi jemaat untuk meraih hidup yang lebih baik, namun tidak mengajak jemaat untuk mengenal Tuhan secara pribadi lewat ketekunan untuk belajar Firman Tuhan dan melayani Tuhan untuk kemuliaan-Nya. Banyak hal yang tampak baik, padahal sesungguhnya berlawanan dengan karakter dan sifat-Nya. Hanya ketika kita mengenal Allah dengan sangat baik yaitu dengan "mata yang selalu tertuju kepada Tuhan" maka kita dapat membedakan dengan benar mana yang 'baik' dan mana yang 'terbaik'.

#2 Fokus pada tujuan

Tuhan menciptakan kita tujuannya adalah melanjutkan misi Tuhan Yesus seperti yang tertulis di dalam Injil Matius 28:19-20. Pelayanan kita adalah melayani saudara-saudara seiman, namun misi kita adalah melayani orang yang tidak seiman dan memberitakan kabar baik kepada mereka yaitu Injil Kerajaan agar mereka percaya dan memperoleh jaminan hidup yang kekal.

Memang sudah tertulis di dalam Firman Tuhan bahwa di akhir jaman ini semakin bertambahnya kedurhakaan dan kasih kebanyakan orang akan menjadi dingin. Rasul Paulus pun menulis di dalam surat 2 Timotius 3:1-5, bahwa keadaan manusia pada hari-hari terakhir akan merupakan 'masa yang sukar'. Masa yang sukar adalah bukan hanya tentang gereja dibakar atau orang Kristen dianiaya, 'masa yang sukar' juga adalah orang Kristen yang hidup mengikuti hawa nafsu kedagingannya dan yang melakukan pelanggaran hukum Tuhan serta menjadikan dirinya sebagai pribadi yang hipokrit.

Secara lahiriah mereka menjalankan ibadah mereka bahkan mereka sudah memberitakan Firman Tuhan namun mereka memungkiri kekuatan Tuhan dan Firman-Nya terbukti dengan hidup yang tidak sepadan dengan Injil Kristus seperti masih terlibat sogok menyogok, memanipulasi pajak, berbohong dan melakukan cara-cara duniawi lainnya demi mencapai tujuan; bahkan demi tercapainya tujuan pelayananpun siap melakukan pelanggaran hukum. Hal-hal tersebut sering kita lihat di dalam kehidupan banyak orang Kristen; bahkan mungkin juga dilakukan oleh banyak pemimipin-pemimpin gereja, dan mungkin kita mulai kecewa.

Sesungguhnya semua yang terjadi didunia ini tidak ada yang baru. Firman-Nya menyatakan, "…tak ada sesuatu yang baru di bawah matahari" (Pengkhotbah 1:9)

Apa yang terjadi saat ini juga sudah pernah terjadi dan dialami oleh Yesus yang melihat ahli Taurat dan orang Farisi yang memberitakan hukum-hukum Tuhan namun mereka berlaku munafik dan menyesatkan banyak orang. Yesus memang sempat kecewa, Ia berkata, "Celakalah kamu, hai ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi, hai kamu orang-orang munafik…" (Matius 23:13). Tetapi Yesus tidak mau dikuasai kekecewaan, Ia memilih untuk menjaga hati-Nya agar bisa fokus kepada tujuan-Nya, yaitu melakukan kehendak Bapa.

Mari kita lakukan seperti yang Yesus lakukan yaitu menjaga hati agar tetap fokus pada tujuan. Tidak ada manusia yang sempurna, hanya Yesus Kristus pribadi yang sempurna. Jangan sampai kita terjebak dalam penghakiman karena penghakiman adalah haknya Tuhan. Marilah kita ikuti keteladanan Yesus dengan mata yang tertuju kepada Tuhan dan menjadikan Tuhan Yesus sebagai pusat kehidupan kita. Hati-hati dengan jebakan iblis yang ingin mengalihkan fokus kita karena masih ada banyak manusia di muka bumi ini yang belum pernah mengalami kasih Kristus, bahkan belum pernah mendengar nama Yesus; karena belum pernah mendengar berita Injil. Percaya berarti tidak hanya mengakui keberadaan-Nya namun juga taat dan ketaatan melakukan kehendak Bapa itu merupakan elemen penting dalam keselamatan (Matius 7:2).

Agar hati kita tidak goyah maka kita juga harus banyak berada di tempat yang tinggi yaitu di dalam hadirat-Nya untuk menanti-nantikan Tuhan, maka kita akan mendapat kekuatan baru seumpama rajawali yang naik terbang dengan kekuatan sayapnya (Yesaya 40:31). Ketika mata kita terus tertuju kepada Tuhan maka pewahyuan demi pewahyuan akan terus mengalir mempertajam visi, membuat kita semakin mengenal pribadi-Nya, tuntunan Tuhan semakin jelas kepada kita untuk melakukan seperti yang Yesus lakukan yang pada akhirnya nama Yesus yang akan dimasyurkan. Kiranya Tuhan Yesus memberkati kita semua. Haleluya!

Sumber

  • (FM) (02 November 2012). "Renungan Khusus". Warta Jemaat. GBI Jalan Gatot Subroto. Diakses pada 08 November 2012.