Kekristenan adalah menyampaikan nilai kehidupan yang baru

Dari GBI Danau Bogor Raya
Lompat ke: navigasi, cari

Akhir-akhir ini Gembala Pembina menghimbau kita semua untuk menginjil; menyampaikan kabar baik tentang Tuhan Yesus di tengah-tengah komunitas nya. Kita sering mendengar bahwa kita harus menjadi saksi Yesus.

Bahkan berulang kali beliau menyatakan bahwa: “… kalau Roh Kudus turun ke atas kamu, dan kamu akan menjadi saksi-Ku di Yerusalem dan di seluruh Yudea dan Samaria dan sampai ke ujung bumi.” (Kisah 1:8)

Dari pihak Tuhan, kita diberi kekuatan dan kemampuan untuk menjadi saksi Tuhan, dan di pihak kita sebagai orang percaya, kita sadar harus melakukannya. Tetapi kenyataannya tidak banyak orang percaya yang menjalani kehidupannya sebagai saksi Yesus, bahkan nyaris tidak berani bersaksi tentang Yesus;

  • malu karena memang hidupnya masih kompromi dengan duniawi, atau
  • memang tidak mau peduli akan Amanat Agung Tuhan sebab itu marilah kita bertobat kembali kepada kasih yang semula (Wahyu 2:2-5).

Tidak ada cara lain selain kita perlu memiliki kasih yang semula sehingga hati kita dipenuhi kegairahan dan keberanian untuk bersaksi tentang Yesus.

#1 Menginjil dengan nilai kehidupan yang baru (nilai kekristenan)

Waktu Yesus menginjil kepada semua orang, Ia memperkenalkan nilai-nilai kehidupan yang baru. "Kristen" artinya pengikut Kristus, pengikut yang diurapi Tuhan, yang mempunyai nilai kehidupan yang seperti diajarkan oleh Tuhan Yesus, tidak sama lagi dengan nilai kehidupan masa lalunya, manusia lamanya. Yesus berkata, “Akulah jalan dan kebenaran dan hidup.” (Yohanes 14:6)

Masyarakat Indonesia perlu mengenali nilai kehidupan yang baru. Nilai kehidupan yang lama penuh dengan hawa nafsu, kedagingan, dosa, korupsi, banyak merugikan diri sendiri dan sesama, sesat seperti domba, masing-masing mengambil jalannya sendiri (Yesaya 53:6a).

“Sebab dengan sangat rindu seluruh makhluk menantikan saat anak-anak Allah dinyatakan.” (Roma 8:19)

Ketahuilah segala makhluk sedang haus menanti kesaksian hidup manusia yang sejati, yang sesuai dengan kehendak Tuhan, yang bisa menjadi figur teladan, dunia sekitar kita sedang menanti figur tersebut.

#2 Mengatur hidup sesuai dengan hukum Tuhan

Musa dipakai Tuhan untuk terus menerus menasehati dan memperingatkan bangsa Israel supaya memelihara nilai kehidupan baru yang sesuai dengan hukum-hukum Allah.

”Ingatlah, aku telah mengajarkan ketetapan dan peraturan kepadamu, seperti yang diperintahkan kepadaku oleh TUHAN, Allahku, supaya kamu melakukan yang demikian di dalam negeri, yang akan kamu masuki untuk mendudukinya. Lakukanlah itu dengan setia, sebab itulah yang akan menjadi kebijaksanaanmu dan akal budimu di mata bangsa-bangsa yang pada waktu mendengar segala ketetapan ini akan berkata: Memang bangsa yang besar ini adalah umat yang bijaksana dan berakal budi.” (Ulangan 4:5-6)

#3 Pergaulan dengan Tuhan menghasilkan karakter yang baru

Jika kita bergaul dengan seseorang yang suka merokok cepat atau lambat kita akan terpengaruh dan menjadi seorang perokok, sebaliknya kalau kita bergaul dengan orang yang memiliki prinsip-prinsip yang positif maka kita akan dapatkan sesuatu yang positif dari orang tersebut.

Demikian pula dengan Tuhan, kalau kita sering bergaul memperhatikan dan melakukan ketetapan-ketetapan-Nya maka kita akan dapatkan sesuatu nilai hidup yang seperti Tuhan. Makin dekat keintiman dengan Tuhan maka kita akan memiliki nilai yang berbeda dengan nilai duniawi.

Tuhan Yesus pernah mengajarkan, “Dan jikalau kamu tidak setia dalam harta orang lain, siapakah yang akan menyerahkan hartamu sendiri kepadamu?” (Lukas 16:12)

Kata ‘setia’ atau ‘faithful’ dalam terjemahan Alkitab lain dideskripsikan sebagai: ‘setia juga dalam ketepatan waktu’.

Contoh: Seandainya kita memiliki sebuah toko dan tidak memiliki modal sepenuhnya maka puji Tuhan ada Agen atau Distributor yang mensuplai barang secara konsinyasi. Maka pada saat itu kita sebenarnya sedang mengelola harta orang lain, dan tentunya pinjaman itu harus dikembalikan entah dengan perjanjian pembayaran 3 bulan atau mungkin cicilan setiap bulan tanggal 10. Tuhan menghendaki kita tepat waktu dalam pengembalian pinjaman sesuai komitmen. Seringkali kita suka mengulur waktu, tidak tepat janji meskipun dananya sudah ada; bahkan ada rencana menggunakan dana tersebut untuk kepentingan yang lainnya lagi. Strategi seperti ini tidak diajarkan di dalam Tuhan. Apa yang sudah kita ucapkan dalam perjanjian harus ditepati – tepat pada waktunya.

#4 Hidup dalam kebenaran mendatangkan hikmat

Kebenaran meninggikan derajat bangsa. Pengertian tersebut bisa diperluas; kebenaran akan mengangkat sebuah komunitas, gereja, keluarga, pribadi orang percaya.

Sangat mengherankan, raja Salomo hanya minta ‘hikmat’ saja kepada Tuhan dan bukan minta kekayaan.

Dalam Yakobus 1:5-8 kata ‘hikmat’ (Yunani: sophia) mengandung 3 elemen pengertian yakni ketrampilan praktis, ilmiah/pengetahuan, dan naluri yang bisa digunakan untuk orang bisnis.

Perhatikan: Salomo hanya minta hikmat. Apa dampaknya?

Dalam 2 Tawarikh 9:1-8 diceritakan bahwa Ratu Syeba berkunjung ke istana Salomo di Yerusalem, dan ia melihat 4 hal yang selama ini ia belum mengetahuinya yakni:

  1. Setiap pertanyaan yang disampaikan oleh ratu Syeba, tidak ada yang tidak bisa dijawab oleh Salomo (quality of intellect)
  2. Kagum dengan hikmat Salomo; terutama kata-kata bijaknya
  3. Kemegahan Rumah Tuhan yang telah dibangun, juga makanan yang disajikan, cara duduk, cara berpakaian dan cara melayani para pelayannya (etika dan etiket).
  4. Cara mempersembahkan korban di Rumah Tuhan

Salomo beserta semua stafnya di lingkungan istana sangat dikagumi dan tentu menjadi kesaksian. Sikap dan gaya hidup serta pelayanan yang seperti ini yang akan menjadi buah bibir positip. Demikianlah Tuhan sangat menantikan kita semua memiliki kehidupan yang menjadi saksi bagi orang di sekitar kita. Mereka akan kagum dengan hal-hal yang kita lakukan setiap hari dalam segala hal, baik aspek mengatur keluarga, keputusan yang diambil, cara bisnis, sikap dalam menentukan tujuan kehidupan dan bersosialisasi.

Di era abad ini negeri kita yang penuh dengan kekerasan, korupsi dan mementingkan diri sendiri, kalau kekristenan kita efektif maka akan dapat mempengaruhi negeri ini dan impian ini bisa terwujud. Perubahan harus dimulai terlebih dahulu dari diri kita sendiri, satu pribadi yang sudah mengalami transformasi, lalu mempengaruhi sebuah keluarga, selanjutnya keluarga akan mempengaruhi suatu lingkungan, gereja lalu berlanjut kepada kota dan bangsa.

Tahun 2011 ini sudah dikatakan oleh Gembala Pembina sebagai Tahun Multiplikasi dan Tahun Promosi. Mari kita responi dengan berkomitmen untuk berubah total mengikuti nilai-nilai kehidupan Kristiani yang sudah diajarkan Tuhan Yesus, sebab Yesus adalah figur keteladanan bagi dunia.

Semoga kita akan semakin banyak menuai petobat baru yang percaya kepada Tuhan, dan hal ini dimulai dari nilai kehidupan diri kita yang sudah berubah, serta keintiman dengan Tuhan dalam Firman dan Roh-Nya. Amin.

Sumber

  • [TH] (09 Maret 2011). "Renungan Khusus". Warta Jemaat. GBI Jalan Gatot Subroto. Diakses pada 10 Maret 2011.