Perjamuan Kudus

Dari GBI Danau Bogor Raya
Lompat ke: navigasi, cari

Perjamuan Kudus

Dalam pengakuan iman Gereja Bethel Indonesia dinyatakan,

"Perjamuan Kudus dilakukan setiap kali untuk meneguhkan persekutuan kita dengan Tuhan dan satu dengan yang lain."

Perjamuan Kudus merupakan sakramen di mana terjadi persekutuan antara orang percaya dengan kematian Yesus di kayu salib, juga antara orang percaya dengan sesama anggota tubuh Kristus lainnya. Perjamuan Kudus memiliki nilai peringatan akan karya penebusan Allah bagi setiap orang yang percaya. Perjamuan Kudus mengandung arti pemberitaan kematian Yesus kepada semua orang. Perjamuan Kudus mengajar agar kita selalu mengucap syukur akan karya Allah bagi manusia.[1]

Pelayanan

Jemaat tidak dapat membawa sendiri pulang roti dan anggur perjamuan kudus untuk diberikan kepada orang yang tidak dapat menghadiri perjamuan kudus.

Dikarenakan perjamuan kudus adalah suatu sakramen, yaitu tanda yang suci, maka di GBI Danau Bogor Raya, jemaat tidak dapat membawa sendiri pulang roti dan anggur perjamuan untuk diberikan kepada orang lain atau anggota keluarga yang mungkin sedang sakit atau tidak dapat menghadiri perjamuan kudus. Untuk itu, jemaat yang membutuhkan pelayanan perjamuan kudus dapat menghubungi Kantor Gereja, dan Gereja akan mengutus hamba Tuhan untuk melayani perjamuan kudus tersebut di tempat jemaat yang bersangkutan.[2]

Konsep Perjamuan Kudus

Konsep-konsep Perjamuan Kudus di dunia[3]:

  1. Konsep Transubstansiasi
    Roti dan anggur diubah oleh kata-kata konsekrasi menjadi daging (tubuh) dan darah Kristus. Pertama kali diperkenalkan oleh Amrosius, dikembangkan oleh Thomas Aquino (1274).
  2. Konsep Konsubstansiasi
    Kristus sungguh-sungguh hadir di dalam, bersama-sama dan di bawah tanda-tanda roti dan anggur, karena tubuh Kristus yang telah dimuliakan itu sekarang bukan hanya berada di sorga, melainkan juga berada di mana-mana, sehingga tubuh itu juga berada di dalam roti dan anggur dari Perjamuan Kudus.
  3. Pandangan Calvin (Reform)
    Yesus hadir dalam Sakramen Perjamuan Kudus, tetapi tidak secara fisik/daging, namun secara rohani atau dinamis.
  4. Pandangan Ulrich Zwingly
    Perjamuan kudus mengingatkan kita akan kematian Yesus.

Sikap GBI:

  1. Menolak konsep Transsubstansiasi
  2. Konsep Zwingli perlu diperjelas dan diperdalam, bukan sekedar peringatan biasa jadi tidak bisa diremehkan.
  3. Menerima konsep Konsubstansiasi dan konsep Calvin

Makna teologis

Makna teologis dari Perjamuan Kudus adalah[4]

  1. Konsep persekutuan dengan Allah dan sesama (1 Korintus 10:16)
    • Menyatukan jemaat dengan kematian Yesus Kristus
    • Menyatukan iman kepada Yesus dengan bukti mengaplikasikan kasih Allah kepada jemaat lain dalam gereja Tuhan (sesama anggota Tubuh Kristus)
  2. Konsep peringatan (1 Korintus 11:24-25)
  3. Konsep pemberitaan (sarana penginjilan)
  4. Konsep pengucapan syukur
  5. Konsep pengajaran tentang sikap yang benar bagi jemaat dalam menerima Perjamuan Kudus
  6. Penafsiran yang salah dari konteks Yohanes 6:54-56
    • Diucapkan Yesus untuk orang yang belum percaya.
    • Penegasan Yesus bahwa Ia adalah Roti Hidup, barang siapa yang percaya kepada-Nya akan memperoleh kehidupan kekal. (Manna dari Sorga yang sejati).

Menerima Perjamuan Kudus

  • Pdt Prof Dr Ho Lukas Senduk:[5]
    Kepada orang yang belum bertobat atau jiwa-jiwa baru, jangan diberikan roti atau anggur itu, sebab, Perjamuan Suci itu hanya buat anak-anak Tuhan saja yang mau masuk dalam persekutuan dengan Kristus.
  • Pdt Dr SJ Mesach, MTh:[6]
    Harus ada persiapan yang sungguh-sungguh dan jangan menyalahgunakan Tubuh dan Darah Tuhan sebagai benda suci/keramat yang boleh dibagi-bagikan ke orang sakit tanpa adanya ibadah, serta dilakukan tanpa mengerti Firman dan penerimaan Yesus sebagai Tuhan – Juruselamat pribadinya karena itu harus dilaksanakan oleh gereja melalui hamba-Nya.
  • Pdt Stephano Ambesa, MDiv:[7]
    Ketika seseorang makan roti dan minum dari cawan, ia bersekutu dengan kematian-Nya dan bersekutu satu dengan yang lain sebagai tubuh Kristus. Bagaimana mungkin orang yang tidak percaya bersekutu dengan kematian-Nya dan terbilang sebagai tubuh Kristus dengan berpartisipasi dalam Perjamuan itu? Alkitab sendiri tidak pernah mencatat keterlibatan orang tidak percaya dalam Perjamuan Tuhan. Kesimpulan terakhir yang dapat dibuat di sini adalah setiap kali berpartisipasi dalam Perjamuan berarti orang percaya memiliki tugas panggilan pemberitaan karya keselamatan yang dikerjakan melalui kematian Yesus kepada orang lain.

Referensi

  1. ^ Sinode Gereja Bethel Indonesia (2008). "Penjelasan Pengakuan Iman". Tata Gereja GBI. Jakarta: Sinode GBI. hal. 169. 
  2. ^ Pdt Sutadi Rusli (8 November 2009). "Sakramen Perjamuan Kudus". Khotbah Bersungguh hati. Bogor: GBI Danau Bogor Raya.
  3. ^ Sinode Gereja Bethel Indonesia (2004). Pengajaran Dasar GBI. Jakarta: Sinode GBI. hal. 107. 
  4. ^ Sinode Gereja Bethel Indonesia (2004). Pengajaran Dasar GBI. Jakarta: Sinode GBI. hal. 113. 
  5. ^ Senduk, Ho Lukas. Pelayan Tuhan. Jakarta. hal. 71. 
  6. ^ Mesach, SJ. Pedoman Pelayanan Ibadah Gerejawi. Jakarta. hal. 18. 
  7. ^ Ambesa, Stephano (2001). Gnosis: Merajut Keragaman Berteologi di GBI. Jakarta: BPD GBI Jakarta. hal. 61. 

Lihat pula