Panglima Balatentara TUHAN (9 Weeks of Breakthroughs)

Dari GBI Danau Bogor Raya
Lompat ke: navigasi, cari

Ketika Yosua dekat Yerikho, ia melayangkan pandangnya, dilihatnya seorang laki-laki berdiri di depannya dengan pedang terhunus di tangannya. Yosua mendekatinya dan bertanya kepadanya: "Kawankah engkau atau lawan?" Jawabnya: "Bukan, tetapi akulah Panglima Balatentara TUHAN. Sekarang aku datang." Lalu sujudlah Yosua dengan mukanya ke tanah, menyembah dan berkata kepadanya: "Apakah yang akan dikatakan tuanku kepada hambanya ini?" Dan Panglima Balatentara TUHAN itu berkata kepada Yosua: "Tanggalkanlah kasutmu dari kakimu, sebab tempat engkau berdiri itu kudus." Dan Yosua berbuat demikian. (Yosua 5:13-15)

Peristiwa dalam Yosua 5:13-15 adalah peristiwa yang penting dalam kitab Yosua. Jika kita memperhatikan bagaimana sejak Yosua 1:1 Tuhan membuat persiapan sampai titik sebelum mereka mulai melakukan peperangan dengan penduduk Tanah Perjanjian di pasal 6.

Pada bagian ini, Allah memberikan pesan khusus untuk Yosua saja. Hal ini dimaksudkan untuk mengingatkan Yosua satu kali terakhir sebelum penyerangan bahwa Tuhanlah yang memegang kendali. Memang bangsa Israel yang akan menduduki Tanah Perjanjian, tetapi pada dasarnya Allah-lah yang berperang, Allah-lah yang menaklukkan, Allah-lah yang mengalahkan musuh.

Siapakah Panglima Balatentara TUHAN itu? Panglima Balatentara TUHAN adalah sinonim untuk Malaikat Tuhan, suatu pribadi yang sering muncul di Perjanjian Lama. Pribadi ini adalah pribadi kedua dari Tritunggal yaitu Yesus Kristus.

Hal ini sebenarnya bukan yang pertama kali, pribadi ini sudah muncul beberapa kali dalam Perjanjian Lama, paling sering tampil sebagai "Malaikat Tuhan" (Kejadian 16, 22, 31; Keluaran 3, 14, 23; Hakim-Hakim 6, 13; Bilangan 22; 1 Raja 19; 1 Tawarikh 21).

Apa tujuan pertemuan antara Yosua dengan Panglima Balatentara TUHAN ini?

#1 Tuhan selalu menyertai

Dalam Yosua 1:5 Tuhan sudah berjanji kepada Yosua bahwa Ia akan selalu menyertai Yosua sama seperti Tuhan menyertai Musa. Tentunya dengan kehadiran Yesus sebagai panglima balatentara TUHAN akan sangat membesarkan semangat Yosua.

Dalam Kejadian 18:1-8, Yesus datang ke kemah Abraham sebagai pengelana. Dalam Kejadian 32:24-32, Yesus datang kepada Yakub sebagai pegulat yang membuat Yakub tunduk kepada Allah. Dalam Daniel 3:25, Yesus hadir menemani Sadrakh, Mesakh dan Abednego di dalam tungku perapian yang panas. Kepada Yosua, Yesus datang sebagai panglima sebelum Bangsa Israel melakukan peperangan.

Sebagai seorang jenderal, Yosua berada puncak kepemimpinan orang-orang Israel. Pakar kepemimpinan John Maxwell menulis bahwa posisi pemimpin adalah posisi yang rawan dengan perasaan kesendirian. Alangkah berbahagianya seorang pemimpin ketika mereka diingatkan bahwa mereka tidak sendirian, Tuhan Yesus selalu menyertai kita.

Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus, dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu. Dan ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman." (Matius 28:19-20)

#2 Yosua diingatkan kepada posisinya di hadapan Tuhan

Dalam sejarah gereja, pemimpin-pemimpin besar selalu lahir bukan di tengah publik, tetapi di dalam persekutuan pribadinya dengan Tuhan, yaitu ketika ia taat kepada Tuhan dan mencari kehendak Tuhan. Demikian pula dengan Yosua, tidak dicatat bahwa orang-orang Israel lainnya mengetahui peristiwa pertemuan Yosua dengan Tuhan, tetapi pertemuan ini menentukan apakah peperangan berikutnya akan gagal atau berhasil.

Pengkhotbah asal China Watchman Nee menulis “Not until we take the place of a servant can He take His place as Lord atau di terjemahkan: “Sebelum kita mengambil posisi sebagai hamba, Ia tidak bisa mengambil posisi sebagai TUHAN”

Setiap pemimpin baik dalam Gereja maupun keluarga atau pun dalam memimpin diri sendiri, kita harus menyadari bahwa kita adalah orang kedua di bawah Kristus. Yesus mengingatkan murid-murid-Nya:

“Sebab di luar Aku kamu tidak dapat berbuat apa-apa.” (Yohanes 15:5b)

Apa pun yang kita lakukan dalam kekuatan kita sendiri pada akhirnya tidak akan berharga. Tuhan datang kepada Yosua hari itu, bukan hanya untuk memberi semangat, tapi juga untuk memimpin. Yang Yosua lakukan hanyalah mendengarkan firman Allah dan mematuhi perintah-Nya.

Ketika membuat rencana untuk pelayanan misi di China, James Hudson Taylor berkata kepada tim misionarisnya:

“Ada tiga cara untuk melakukan pekerjaan Tuhan. Cara pertama adalah buat rencana yang paling baik dan kemudian lakukan sekuat tenaga kita. Cara Kedua adalah buat rencana yang paling baik dan buat keputusan untuk menyelesaikannya lalu minta kepada Tuhan untuk memberkati dan menolong kita. Cara ketiga adalah mulai dengan Tuhan, tanyakan kehendak dan rencana-Nya, dan kemudian ajukan diri kita kepada-Nya untuk melaksanakan hal tersebut”

Yosua memilih cara yang ketiga, itulah sebabnya Tuhan memberkati dia.

Kesimpulan

Setiap orang Kristen akan menghadapi peperangan rohani dalam hidupnya.

Karena perjuangan kita bukanlah melawan darah dan daging, tetapi melawan pemerintah-pemerintah, melawan penguasa-penguasa, melawan penghulu-penghulu dunia yang gelap ini, melawan roh-roh jahat di udara. (Efesus 6:12)

Dari peristiwa pertemuan Yosua dengan Yesus, sang Panglima Balatentara TUHAN kita dapat belajar beberapa hal. Dalam menghadapi peperangan rohani, ingatlah bahwa Tuhan senantiasa menyertai kita dan Tuhan juga yang memberi kekuatan bahkan otoritas kepada kita.

Tanda-tanda ini akan menyertai orang-orang yang percaya: mereka akan mengusir setan-setan demi nama-Ku, mereka akan berbicara dalam bahasa-bahasa yang baru bagi mereka, mereka akan memegang ular, dan sekalipun mereka minum racun maut, mereka tidak akan mendapat celaka; mereka akan meletakkan tangannya atas orang sakit, dan orang itu akan sembuh." (Markus 16:17-18)

Kita juga harus selalu ingat posisi kita di hadapan Tuhan. Kita adalah hamba, pelayan-pelayan Tuhan yang melakukan pekerjaan Tuhan, bukan melakukan pekerjaan manusia untuk mencapai tujuan manusia.

Dalam rumah yang besar bukan hanya terdapat perabot dari emas dan perak, melainkan juga dari kayu dan tanah; yang pertama dipakai untuk maksud yang mulia dan yang terakhir untuk maksud yang kurang mulia. Jika seorang menyucikan dirinya dari hal-hal yang jahat, ia akan menjadi perabot rumah untuk maksud yang mulia, ia dikuduskan, dipandang layak untuk dipakai tuannya dan disediakan untuk setiap pekerjaan yang mulia. (2 Timotius 2:20)

Amin.